" Bawa bekal, atau makan di rumah, jarang beli... "
OH.
Aku menatap pesan yang baru saja masuk ke telepon genggamku. Setengah senang, setengah terharu.
Kalimat itu adalah kalimat jawaban dari anakku. Remaja lelaki berusia enam belas setengah tahun, mahasiswa tingkat pertama di fakultas teknik.
Dia kuliah di luar kota, dan karenanya kutanyakan padanya, dimana dia biasanya makan siang. Dan begitulah jawabannya: bawa bekal, atau makan di rumah, jarang beli.
Dari percakapan selanjutnya kudapati cerita, jika siang ada jeda kuliah, dia biasa pulang dulu untuk makan. Jika tidak ada jeda, dibawanya bekal nasi dan lauk dari rumah. Anakku ini, beserta kakaknya, kini kuliah di kota dimana ibuku tinggal. Maka mereka tinggal di rumah ibuku.
Ah, masih juga rupanya, pikirku.
Kebiasaan yang dipupuk sejak kecil, rupanya memang tertanam kuat pada anak- anak.
Walau, sungguh, bagiku, mengharukan sekali melihat seorang remaja laki- laki dengan tenangnya memilih untuk tetap membawa bekal makan siang dari rumah. Tidak malu, tidak gengsi.
***