[caption id="attachment_321049" align="aligncenter" width="447" caption="Gambar: www.rightcopywriter.com"][/caption]
Air menetes satu- satu. Gerimis senja itu.
KUTI meneguk coklat hangat dari cangkirnya. Begitu juga dengan ketiga anak mereka. Dee, seperti biasa, memilih teh hangat untuk menemaninya menikmati hujan.
Sambil menikmati coklatnya, Kuti membaca sesuatu di layar smartphone yang dia pegang. Tak lama, terdengar komentarnya.
" Itu Dee, katanya sudah dibereskan, data yang bocor itu. "
Hmm. Dee langsung paham topik apa yang sedang dibahas suaminya.
Kuti sibuk beberapa hari belakangan ini dan tak sempat membuka blog keroyokan dimana mereka biasa menulis. Maka dia tak tahu ketika ada berita tentang kebocoran data.
Data para penulis di blog keroyokan itu bisa dibuka oleh publik dari google. Artinya, siapapun bisa membaca data itu. Ada sebuah celah dalam sistem IT yang membuat data penulis yang terverifikasi akan muncul di suatu halaman tertentu yang bisa diakses oleh semua orang, saat sebuah tulisan ditayangkan.
Beragam komentar muncul tentang hal itu. Ada yang mengatakan tak apa sebab dia toh bukan orang terkenal jadi datanya terbuka tak masalah untuknya. Ada juga yang mengatakan data pribadi dirinya selama inipun memang telah ditulis semua di akun-nya, seperti toko mie yang memajang menu di depan toko sehingga tak ada bedanya apakah data itu terbuka atau tidak sebab dia memang sudah membukanya di depan. Tetapi kebanyakan merasa tak nyaman atas bocornya data itu.
Ada banyak yang merasa terbukanya data pribadi begitu lengkap, dari alamat, tanggal lahir, nomor telepon, data pekerjaan, bahkan penghasilan akan bisa disalah gunakan oleh pihak- pihak yang berniat buruk dan tak bertanggung jawab.
Maka pada akhirnya banyak yang merubah isi datanya dengan data karangan.