Gambar pesawat itu bergerak, berlahan tapi pasti, mengarah ke negara tujuan…
KUAMATI layar telepon genggamku. Bermenit- menit, melihat arah gerak pesawat. Memperhatikan nama negara, samudera, selat, dan kota- kota dalam peta di sekitar gambar pesawat itu.
Tidak, aku bukan sedang bermain game di telepon genggamku. Saat itu, aku mengamati layar telepon genggam tersebut sebab seseorang yang sangat kucintai ada di dalam pesawat yang kuikuti terus geraknya melalui radar yang gambarnya terpantul di layar telepon genggam tersebut.
Teknologi sungguh membantu menjembatani rasa cinta, cemas dan kerinduan yang melompat- lompat berdesakan di dalam hati.
Cah ayu, putri sulung kami saat itu sedang berada di dalam pesawat yang geraknya kuamati itu. Dia sedang terbang mengejar cita- cita. Putriku mendapatkan beasiswa dari sebuah lembaga yang prestisius untuk kuliah di luar negeri. Mimpi yang sudah bertahun- tahun dipupuk dan dikejarnya.
***
Hari keberangkatan itu tiba…
Kami mengantarkannya ke bandara. Gadis mungil yang gigih, yang beberapa bulan lalu lulus sidang tugas akhirnya di fakultas teknik sebuah Perguruan Tinggi Negeri di tanah air, kini memulai langkah baru. Terbang melebarkan sayap, untuk memperluas wawasannya. Pergi ke negeri empat musim, di benua lain.
Aih, betapapun kami pahami bahwa itu baik untuk masa depannya, sungguh melepas dia pergi itu memunculkan beragam rasa di dalam hati. Termasuk rasa rindu, yang bahkan sudah meluap pada detik- detik pertama keberangkatannya. Pada saat dia dengan senyum lebar memasuki pintu keberangkatan di bandara, dengan ransel di punggung serta jacket di tangannya. Siap mengejar asa dan cita..
Dan begitulah, sungguh kusyukuri betapa ada orang- orang di dunia ini yang mengembangkan teknologi yang memudahkan kami untuk tetap terhubung.
Kata orang, ketika hati merasa dekat, jarak tak bisa memisahkan orang (-orang) yang saling mencinta.