Tentang ibu bekerja, atau tidak bekerja, memang merupakan perdebatan yang tak pernah usai.
HAL ini sepertinya selalu menarik untuk dibahas, bahkan dipertentangkan walaupun menurutku sendiri, sebetulnya tak perlu sama sekali pertentangan itu.
Sebab buatku sendiri, ibu bekerja atau tidak bekerja itu merupakan pilihan yang ada
Masing- masing bisa dan boleh memilih sesuai keinginan dan kebutuhannya sendiri. Dan sesuai kesepakatannya dengan suami.
Sepanjang itu merupakan pilihan sendiri, disepakati pula dengan suami, dan juga – ini salah satu yang terpenting – sang ibu sendiri (baik dia bekerja atau tidak bekerja) menjalaninya dengan bahagia dan senang hati, tak lagi ada masalah, bukan?
Eh, kenapa aku tiba- tiba menulis topik ini?
Oh, sebab kebetulan saja pagi tadi aku melihat status di facebook yang terus terang saja membuatku tersenyum.
Isinya kira- kira mengatakan bahwa perempuan memang perlu bersekolah tinggi, agar ilmu yang didapatkannya kelak bisa digunakannya untuk mendidik anak- anaknya. Tapi, ya itu ‘hanya’ untuk mendidik anak- anaknya. Jangan sampai sekolah tinggi lalu dilanjut dengan keinginan untuk bekerja, dan anak- anak diserahkan pada pengasuh yang lulusan SD atau SMP.
Masih ada lanjutan dalam status facebook tersebut setelah kalimat itu, yakni: kalau yang terjadi seperti ini, jangan salahkan guru lho yaaa…
Hmmm…
Aku senyum- senyum saja membaca status itu.