Tak satupun kembang api kusaksikan saat hari bergerak memasuki tahun baru 2014.
NAMUN kudapatkan hadiah besar, sangat besar, di pembukaan tahun ini. Yakni kesempatan untuk bisa shalat di dalam Hijir Ismail.
Ada satu bagian berbentuk setengah lingkaran di sebelah Utara Ka'bah yang disebut Hijir Ismail, yang asalnya merupakan bagian dari bangunan Ka'bah, namun saat Ka'bah dipugar oleh suku Quraisy setelah adanya banjir besar yang melanda, sekitar tahun 600 M, karena kekurangan dana yang halal untuk membangunnya kembali seperti luasnya semula, maka ukuran Ka'bah yang bertembok berkurang, dan sebagian menjadi area terbuka di Hijr Ismail.
Maka, diriwayatkan bahwa jika seseorang mendirikan shalat di Hijr Ismail, maka itu akan serupa dengan shalat di dalam Ka'bah. Orang- orang yang masuk dan shalat dua rakaat di Hijr Ismail akan diampuni dosa- dosanya. Selain itu, Hijir Ismail juga merupakan suatu tempat mustajab untuk berdoa.
Sebab semua keutamaan itu, tentu saja banyak sekali orang yang ingin masuk dan shalat di dalamnya. Sementara luasnya amat terbatas. Karenanya tak selalu niatan untuk bisa shalat di dalamnya ini berhasil.
Saat umrah tahun 2011 lalu, jangankan berhasil masuk, mendekat ke pintunya saja sudah sulit. Maka aku memiliki keinginan terpendam di dalam hati bahwa suatu hari nanti, jika aku berkesempatan untuk bisa kembali ke Masjidil Haram, semoga Allah memperkenankan aku untuk bisa shalat di dalam Hijir Ismail.
Aku telah berdoa memohon kesempatan itu sejak sebelum hari keberangkatan ketika masih berada di tanah air. Doa- doa yang sama kembali kupanjatkan saat telah tiba di Madinah dan Mekah.
Kami tiba di Mekah pada tanggal 30 Desember 2013 dan lalu menjelang tengah malam menjalankan ibadah umrah yang pertama, yang kami selesaikan setelah hari memasuki tanggal 31 Desember 2013. Hari terakhir di tahun 2013 itu.
Lalu kunanti hari itu berakhir. Tentu saja aku sudah bisa menduga bahwa pergantian tahun tak akan dihiasi kembang api disana, namun sebab ingin tahu, kunanti juga saat pergantian tahun itu. Dari jendela kamar hotel, kulihat situasi di sekitar Masjidil Haram berjalan seperti biasa.
Lalu aku tidur sebentar dan menjelang jam 3 pagi, bersama suami, tiga orang anak serta ibuku, kami berangkat ke Masjidil Haram. Niat kami untuk shalat sunat dan berdoa di sana sebelum masuk waktu shalat subuh.