" Temanku sudah tidak makan beberapa hari... "
PERUTKU mendadak sakit. Reaksi spontan yang muncul ketika membaca sebuah pesan yang memprihatinkan di telepon genggamku.
Pengirimnya adalah anak sulungku. Isinya tentang salah satu teman baiknya, teman kuliahnya di fakultas teknik di sebuah perguruan tinggi yang konon merupakan salah satu perguruan tinggi terbaik di negeri ini.
Teman baiknya, teman kuliah yang seangkatan dengannya, menurut berita yang kuterima, sudah beberapa hari berpuasa. " Supaya tidak usah makan, " begitu tulis anakku pada pesan yang dikirimkannya, " Soalnya uangnya habis. "
Disusul dengan, " Sekarang uangnya tinggal 20 ribu. "
Dua puluh ribu rupiah. Padahal saat pesan itu kuterima beberapa hari yang lalu, bulan baru saja berganti. Lalu bagaimana dia bisa bertahan sampai akhir bulan nanti, pikirku.
Ada apa, pikirku. Kenapa teman anakku itu sampai tak bisa makan di awal bulan begini?
" Beasiswanya terlambat datang, bu, " kata anakku.
Teman yang dia bicarakan, sudah lama aku tahu, adalah penerima beasiswa Bidikmisi. Bidikmisi ini merupakan bantuan biaya pendidikan dari pemerintah yang ditujukan bagi mahasiswa yang tidak mampu ( miskin ) dan berprestasi.
Tujuan diberikannya Bidikmisi ini, untuk memutus rantai kemiskinan. Diharapkan dengan berbekal pendidikan tinggi, siswa- siswa yang datang dari keluarga tidak mampu namun berprestasi ini dapat merubah kondisi ketidak mampuan keluarganya.
***