***
Dan ....
Ketika tahun-tahun belakangan ini ada jalur "surat miskin" untuk masuk sekolah negeri, aku dengan serta merta teringat pada percakapan lebih dari 10 tahun yang lalu itu.
Jalur masuk dengan surat miskin di mana murid-murid miskin bisa langsung diterima tak peduli seperti apa capaian akademik atau selevel apa tingkat kecerdasan mereka, akan bisa menjadi salah satu jalan keluar yang terbuka bagi murid-murid di kuadran empat tersebut. Anak-anak kurang pintar dan kurang mampu, yang dulu-dulu nggak ada yang mikirin itu, akhirnya kini dijangkau juga oleh kebijakan peraturan penerimaan murid baru.
Orang-orang yang protes "Kenapa yang miskin bisa langsung diterima padahal nilai ujian nasionalnya lebih rendah dari yang tidak miskin?" itu mungkin lupa berempati pada murid-murid yang selama ini au ah gelap kalau sudah menghadapi urusan sekolah. Murid-murid yang ruang geraknya sempit, pilihan hidupnya terbatas.
Aturan itu, merupakan titik cahaya yang mulai muncul di antara kegelapan. Memang, mungkin tidak akan bisa langsung aturan ini menjadi solusi bagi 100% anak-anak di kuadran empat karena ya itu, masalah mereka itu kompleks. Tapi setidaknya, sudah ada titik terang mulai tampak.
Dan lalu .... itu akan membawa kita pada topik berikutnya.
***
Titik terang itu, kelip cahaya yang sudah mulai tampak itu, ternyata di banyak tempat lalu disabotase.
Eh, disabotase?
Oleh siapa?