Maid menu?
PAGI ini aku membaca beberapa berita yang menceritakan tentang adanya 'maid menu' – menu khusus disediakan untuk baby sitter di sebuah restoran All You Can Eat, yang lalu menimbulkan polemik.
Ada pro dan kontra soal itu. Pengunggah pertama menu itu kemedia sosial mengambil posisi tak setuju, sebab itu diskriminasi. Beberapa komentator juga tak setuju, tapi ada yang mengatakan hal tersebut wajar sebab jika baby sitter diajak makan ke restoran All You Can Eat, hal tersebut terlalu mahal dan nanti jika baby sitternya makan begitu lamanya, siapa yang akan menjaga bayi atau anak- anak?
Setelah berita itu beredar, pemilik restoran angkat bicara. Katanya, menu tersebut sebetulnya dibuat dengan niat baik. Menu itu tercipta justru karena keprihatinannya karena melihat bahwa banyak baby sitter/Â asisten rumah tangga yang diajak datang ke restorannya lalu tidak makan sama sekali maka diciptakannya menu tersebut agar para baby sitter juga bisa makan dengan menu yang harganya terjangkau tersebut.
***
Hmm.. apa yang kubaca pagi ini mengingatkanku pada  peristiwa di suatu siang. Juga di restoran All You Can Eat, walau restoran yang berbeda.
Jam makan siang ketika itu. Aku pergi makan keluar dengan beberapa teman kantor. Memang sudah niat ingin bersenang- senang setelah beberapa hari marathon mengerjakan sebuah proyek yang banyak memakan energi,kami memilih pergi ke restoran All You Can Eat itu.
Tapi sungguh, kesenanganku hari itu rusak, karena di sebelah mejaku ada beberapa ibu- ibu yang salah satunya membawa bayi dan baby sitter dan.. baby sitter-nya tidak dibelikan makan!
Serius, itu terjadi.
Kebayang nggak sih. Ibu itu sibuk makan dan bersenang-senang dengan teman- temannya sementara si baby sitter salah tingkah selama itusebab dia bahkan tak mendapat tempat duduk.
Restoran All You Can Eat yang kami datangi siang itu penuh sekali. Baik kami maupun ibu- ibu tersebut dan kelompoknya juga datang berempat dan meja yang disediakan adalah meja dengan empat kompor, satu untuk setiap orang. Bayi tersebut diletakkan di stroller -- kereta dorong bayi -- yang diletakkan di lorong antara meja kami dan meja keempat ibu tersebut dan baby sitter tersebut berdiri di situ, di dekat kereta dorong itu.Â
Aku mulai menyadari bahwa baby sitter itu tidak makan sejak beberapa menit pertama. Tapi masih berusaha bersangka baik, kupikir mungkin nanti, gantian, ibu si bayi tersebut makan dulu, baru nanti baby sitter-nya makan. Eh.. tapi dugaanku salah. Sampai kami pulang, baby sitter itu makan tidak, minumpun tidak.