Nostalgia masa SMP...
SAAT SMP, setiap pagi aku diantar Bapak atau Ibu ke sekolah.
Siangnya, aku pulang naik kendaraan umum beramai- ramai dengan teman- teman sekelas yang rumahnya searah.
Adakalanya, seorang kawan lelaki bergabung dengan kami. Walau rumahnya tak searah. Dia tak sekelas dengan kami. Letak kelasnya jauuuhhh dari kelas kami, namun seringkali setelah bel pulang berdentang dia muncul di depan pintu kelas, lalu mengatakan padaku bahwa dia akan menemani sampai ke tempat angkot.
Setelah berulang kali dia melakukan hal tersebut, kutanyakan padanya " Koq kamu jalannya kesini sih? Ini kan jauh dan rumah kamu arahnya bukan kesini. "
Dia tertawa, " Nggak apa- apa, sambil jalan- jalan, " katanya.
Walaupun heran, kuterima saja jawaban itu.
Suatu hari, dia pernah menawari untuk mengantar aku dengan motornya. Kugelengkan kepalaku sambil berkata bahwa aku jalan kaki saja. Ketika kujawab begitu, dia memarkir motornya di sekolah, lalu.. seperti biasa, menemani berjalan kaki ke tempat angkot.
Seringkali, dia juga menemaniku ke kantor pos sepulang sekolah. Di saat remaja dulu, aku mengumpulkan perangko dan juga memiliki beberapa sahabat pena, karenanya kantor pos menjadi tempat yang sering kukunjungi.
Dan satu hal yang tak kumengerti mulai terjadi. Teman- teman sekelasku, tanpa kutahu kenapa, sering menyebut- nyebut namanya di depanku...
***
[caption id="attachment_256228" align="aligncenter" width="782" caption="Gambar: www.coverbooth.com"][/caption]
Kawanku itu jago olah raga. Dia biasanya turun di banyak pertandingan antar kelas.
Suatu hari, di jam istirahat dia menghampiriku.
" D, " katanya, " Nanti sore datang nonton volley ? "
Ada pertandingan antar kelas saat itu. Regu volley murid lelaki di kelasku akan bertanding melawan kelasnya.
Aku mengangguk. Ya. Aku datang.
Begitulah. Sore itu aku datang untuk menonton teman sekelasku bertanding. Sekaligus menonton dia juga, sebab dia bermain di regu lawan.
Lalu, keesokan harinya, di depan laboratorium IPA...
" D... "
Dia berlari- lari menghampiri aku.
Dan saat sudah berada di dekatku, disodorkannya sebuah buku.
" Ini untuk kamu, " katanya.
Kuperhatikan buku itu. Sebuah buku tulis.
" Bacanya di rumah saja, " dia berkata.
Kuanggukkan kepalaku. Kuterima buku itu dan berlalu menuju laboratorium.
***
Sepulang sekolah, kubaca buku yang diberikan padaku.
Buku itu, sebuah diary rupanya.
Seperti layaknya diary, ada tulisan dengan tanggal- tanggal di atasnya.
Ada banyak cerita didalamnya.
Yang terbanyak, cerita tentang seorang gadis yang disebutnya sebagai 'manis' di kelas lain.
Kubaca lembar lain.
Masih mengenai gadis yang sama yang dideskripsikan dengan detail. Tentang bagaimana di suatu acara sekolah sang gadis datang dengan rok berenda coklat. 'Dia manis sekali dengan rok coklat itu', begitu yang tertulis di buku harian milik kawanku tersebut.
Kumiliki rok coklat seperti yang ditulis dalam buku harian itu. Kulirik tanggal yang tertulis. Oh, itu hari dimana ada acara di sekolahku dan murid- murid boleh hadir tanpa seragam sekolah. Aku datang dengan rok coklat bermotif bunga- bunga kecil yang berenda di dada dan di ujung bawah roknya, persis seperti yang dituliskan di buku itu.
Kubuka lagi catatan di sana.
Sampai pada satu halaman terakhir bertanggal sehari sebelum hari itu.
Ada cerita tentang pertandingan olah raga antar kelas, dan...
" Dia datang menonton pertandingan dimana aku bermain tadi. Aku senang sekali. Dia manis seperti biasa, dengan T- shirt putihnya. "
Aku mulai sadar, isi diary itu, berlembar- lembar, tampaknya cerita tentang aku.
Saat datang menonton pertandingan volley, aku menggunakan T-shirt berwarna putih.
***
Kawan yang kuceritakan ini berkulit gelap dengan raut muka ramah yang manis. Dia ganteng. Dan juga pandai, salah satu yang terpandai di kelasnya. Dia juga jago olah raga.
Ciri- ciri yang secara umum seharusnya cukup untuk meruntuhkan hati gadis- gadis remaja murid SMP.
Jadiiii.. apa yang terjadi setelah dia memberikan buku hariannya padaku itu? Adakah hatiku lalu dipenuhi bunga, bulan, bintang saking senangnya ditaksir kawan lelaki serupa dia?
He he, ini kisahnya...
Sehari kemudian, kuberikan kembali diary itu padanya.
" Ini, " kataku padanya, " Sudah aku baca. Terimakasih ya? "
Kawanku berkata, " Ambil aja, itu buat kamu. "
Kugelengkan kepalaku, " Ah jangan, itu kan diary kamu. Punya kamu. Ini, aku kembalikan... "
Dia menatapku bingung. Diterimanya buku itu tanpa mengatakan apa- apa.
Kulambaikan tanganku padanya, sebab sudah waktunya masuk kelas saat itu.
***
Sungguh, jika aku ditanya saat ini apa yang bisa kukatakan tentang peristiwa itu, sejujurnya jawabanku adalah: kasihan anak itu. Kawan sekolahku itu.
Tak ada yang salah dengan dia. Dan dengan caranya mendekatiku. Ha ha ha.
Yang salah hanya...
Ah, putaran waktu di suatu planet dengan planet lain mungkin memang berbeda. Tingkat kedewasaan manusia bumi dengan allien dari planet lain juga berbeda. Frekwensi gelombang yang dikirim dan pesawat penerimanya mungkin juga tak sama.
Kawanku itu memang lebih tua usianya dariku. Bisa jadi dia lebih matang. Tapi bisa juga bukan itu, sebab saat kami SMA, dia yang kemudian berbeda sekolah denganku, kadangkala juga bertandang ke rumah. Usiaku sudah bertambah waktu itu. Dan tetap tak kupahami apa sebenarnya yang terjadi.
Baru lamaaaaaaa setelah itu aku mengerti. Justru setelah selulus SMA dan kami terpisah kota, sebab dia kuliah di kota lain. Aku bertemu beberapa kawan sekelasku di SMP. Kami bernostalgia mengobrol ngalor ngidul, tertawa- tawa menceritakan masa lalu. Dan seorang kawan perempuanku menyebut nama teman lelaki yang kuceritakan di atas. Katanya, saat SMP dulu banyak sekali temanku yang naksir kawan lelaki tersebut, namun...
" Dia nggak pacaran sama siapa- siapa kan waktu SMP, si X itu ? " kata kawanku.
Kawan yang lain menggeleng lalu sambil menoleh padaku berkata " Nggak-lah, dia kan selalu bilang, dia cuma jatuh cinta sama D... "
Eh, sama siapaaaa?!
Aku terperanjat. Kaget.
Kawan- kawanku bingung dengan reaksiku. " Ah, yang bener, D... Memangnya kamu nggak tau? Seluruh sekolah kan tau bahwa dia seneng sama kamu, sejak kelas satu. Dia bilang koq sama semua orang kalo dia seneng banget sama kamu. "
Aku terbengong- bengong.
Ya ampun. Tak sedetikpun pernah terpikirkan olehku hal tersebut.
Dan sungguh saat itu, ditengah kawan- kawan masa remajaku yang tergelak- gelak sebab heran bagaimana bisa aku tak memahami semua itu, aku sendiri betul- betul merasa menjadi makhluk yang berasal dari planet lain !
p.s.
kisah sebelumnya ada di: http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2013/05/27/cerita-dari-bangku-smp-saat-cinta-jatuh-pada-saat-yang-salah-563361.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H