Demikian mudahnya sehingga ketika orang berpikir tentang cinta, yang pertama dicari adalah "obyek" untuk dicinta, bukan analisa ke dalam diri apakah dia memang sanggup mencinta?
Belum lagi pertanyaan, apakah cinta selalu klasik?
Apakah yang disebut menarik itu selalu sama dari jaman ke jaman, atau berubah sesuai berjalannya waktu dan sikap sosial di sekitar ?
Apakah ada hal-hal yang universal, atau semua selalu bercorak lokal ?
Dan ... apakah jika kita mencinta, maka cinta itu harus berbalas?
Apa arti sebenarnya dari cinta yang tulus, apakah cinta tulus benar-benar bebas dari harapan membangkitkan cinta yang sama besar dan menghasilkan cinta yang serupa dari yang dicinta?
Apakah jika kita mencinta dan cinta itu tidak berbalas, maka itu dapat diklasifikasikan sebagai malapetaka, sebagai kemalangan, lalu patut ditangisi, walau misalnya yang dicinta sebetulnya memang tidak sejiwa, sehingga dalam jangka panjang memang hanya akan menyiksa?
Dan setelah kesadaran itu tiba, bahwa jika cinta diterima, maka yang kini didefinisikan dengan cinta itu sebenarnya kelak akan menimbulkan luka dalam dan kesakitan, apakah jika cinta tak berbalas lalu harus disambut dengan bersorak-sorai merayakan karena akan lebih beruntung kelak ?
Ah, ada apa sebetulnya ya, dengan cinta ?
p.s.
Tulisan karya penghuni akun Rumahkayu ini dimuat di buku Senandung Cinta dari Rumah Kayu yang diterbitkan Daun Ilalang Publishing tahun 2010