Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Administrasi - Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Lagu dan Senandung Indah Pernikahan

3 Februari 2012   14:28 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:06 651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir minggu... MEMILIKI sedikit waktu luang malam itu setelah anak- anak tidur, Dee memutuskan untuk membereskan rak buku di rumah kayu. Sudah agak lama tak sempat dirapikannya susunan buku- buku di situ. Dee menurunkan buku- buku dari rak di ruang tengah, disusunnya dengan rapi berkelompok- kelompok buku itu. Kadang, dia membuka sebuah buku dan membaca beberapa halaman sekilas. Sekedar bernostalgia mengingat kembali apa isi buku- buku itu. Dan setelah sekian lama melakukan hal tersebut, Dee menemukan sebuah buku lama.  Sabda Sang Guru. Hmm, tentu saja Dee dengan segera mengenali buku tersebut. Kahlil Gibran. Dibukanya buku itu, dan dia mulai membaca. Selembar... dua lembar... dan Dee terserap sepenuhnya. Dengan asyik dia membuka lembar demi lembar buku tersebut, menikmati keindahan kata- kata di dalamnya. Kuti yang juga sedang berada di ruangan yang sama segera menyadari bahwa istrinya yang tadi sibuk menaruh buku-buku menjadi diam tak bergerak dan memaklumi ketika dia melihat buku yang dipegang istrinya. Kuti memperhatikan istrinya lagi. Dee masih juga tampak begitu asyik. Didekatinya Dee dan diliriknya halaman yang  sedang dibaca sang istri. Dee sendiri, kala menyadari bahwa Kuti memperhatikan apa yang tengah dia baca berkata pada suaminya, " Ini indah sekali, 'yang, apa yang ditulis Kahlil Gibran tentang pernikahan ini... Dengar deh... " Dee membaca perlahan-lahan apa yang tertulis dalam buku yang dipegangnya. Di sinilah cinta berawal untuk menggubah prosa kehidupan menjadi lagu dan senandung penuh pujian, dengan iringan musik yang diciptakan malam untuk dinyanyikan pada siang hari. Disinilah kerinduan cinta membuka selubungnya dan menerangi lubuk- lubuk hati, menciptakan kebahagiaan, tidak ada bahagia lain melebihi jiwa saat memeluk Sang Pencipta. Pernikahan adalah penyatuan dua sisi ketuhanan yang memungkinkan sisi ketiga lahir di muka bumi. Dialah penyatuan dua jiwa dalam naungan cinta yang menggebu demi menghapuskan perbedaan. Dialah kesatuan tingkat tinggi yang mengikat kesatuan-kesatuan yang berlainan dalam dua jiwa. Dialah cincin emas dalam untaian rantai yang pangkalnya adalah seulas tatapan dan ujungnya adalah Keabadian. Dialah rintik-rintik hujan yang jatuh dari langit suci untuk menaburkan rahmat di atas ladang-ladang Alam ketuhanan. Bila pandangan pertama dari mata sang kekasih laksana benih yang ditaburkan dalam batin manusia, dan ciuman pertama dari bibir merekahnya laksana sekuntum bunga di atas dahan Pohon Kehidupan, maka bersatunya dua kekasih dalam ikatan perkawinan adalah laksana buah pertama dari bunga yang mekar dari benih tadi. [caption id="attachment_160105" align="aligncenter" width="296" caption="Gambar: www.rgbstock.com"][/caption] Kuti tersenyum. Dia sendiri dulu pernah memiliki buku serupa dan dia masih ingat apa yang ada di halaman-halaman buku itu. Setengah menggoda dia berkata pada istrinya, " Coba baca satu halaman sebelumnya, Dee... Satu tulisan sebelum tulisan berjudul Pernikahan itu,  " pintanya. Sang istri yang masih setengah bermimpi, tidak menyadari kemana arah permintaan suaminya membuka halaman yang diminta dan mulai membaca perlahan, " Dialah untaian kata yang diucapkan empat bibir yang menegaskan pada hati sebuah singgasana, Cinta sang raja dan kesetiaan mahkota ... Dialah sentuhan lembut jemari halus semilir angin di atas bibir sekuntum mawar-- mendesahkan nafas lega dan rintihan merdu... Dialah permulaan getaran gaib yang membawa sang pencinta dari alam nyata yang penuh beban ke dalam dunia mimpi dan permukaan tabir rahasia... Dialah... gabungan dua kuntum bunga mewangi dan mencampurkan keharumannya... menuju penciptaan jiwa yang ketiga... " Dan bersama tiap kalimat yang dibacanya, Dee mulai mengerti mengapa suaminya meminta dia membaca halaman itu. Dee menoleh ke arah suaminya dan dia menangkap tatap mata Kuti. Ah, tak perlu lagi kata. Tak perlu suara. Dee tahu apa yang akan terjadi setelah ini... Tanpa disadarinya bibir Dee merekahkan senyum. Ditatapnya Kuti yang makin mendekat...dan mendekat... Dee masih tersenyum : menanti ~

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun