Tentang masjid Nabawi dan Raudhah… ADA tempat di dalam masjid Nabawi yang diriwayatkan memiliki keutamaan. Salah satunya, yang dinamakan Raudhah, yaitu tempat diantara rumah dan mimbar Nabi. Raudhah, yang artinya taman, adalah tempat dimana dahulu Rasulullah dan para sahabatnya beribadah serta tempat turunnya wahyu. Ada hadist nabi yang mengatakan bahwa “ Antara rumahku dengan mimbarku adalah Raudhah di antara taman-taman surga” . Inilah sebabnya, tempat ini selalu penuh sesak sebab banyak orang ingin shalat dan berdoa di sana. [caption id="attachment_158040" align="aligncenter" width="249" caption="Menara Asli Masjid Nabawi Foto: kompasiana.com/rumahkayu, Juli 2011"][/caption] Raudhah ini sendiri selalu terbuka setiap saat bagi jemaah laki- laki, sementara bagi jemaah perempuan, waktu untuk mengunjungi tempat ini terbatas. Pintu ke sana hanya dibuka setelah waktu dhuha di pagi hari ( jam 7.30 – 11.00 ) serta setelah shalat Isya, sekitar jam 22.00 hingga tengah malam ( ini yang kuketahui walau ada juga informasi yang mengatakan bahwa selain yang telah kusebutkan, tempat ini juga dibuka selama satu jam setelah shalat duhur, yaitu sekitar jam 14.00-15.00 waktu setempat ) Raudhah berada di antara rumah Rasulullah s.a.w ( yang kini menjadi makamnya ) dengan mimbarnya. Aku tak tahu mana yang benar, ada yang mengatakan bahwa luas Raudhah adalah 144 m2, ada juga yang mengatakan bahwa luas aslinya adalah 26 x 15 m2, sementara saat ini sebab ada sekat pagar makam, luas raudhah adalah 22 x 15 m2 (artinya, luasnya adalah 330 m2). [caption id="attachment_158043" align="aligncenter" width="333" caption="Kubah Hijau Rumah Rasulullah s.a.w, Madinah. Foto: Wikipedia"]
***
Aku tentu saja percaya pada riwayat yang mengatakan tentang keutamaan tempat ini, walau di pihak lain aku juga setuju pada pendapat bahwa kita sebaiknya tak menyulitkan diri sendiri, dan karenanya jika situasi tak memungkinkan, tak perlu memaksakan diri. Sebab aku percaya Allah ada dimana- mana, maka aku sendiri secara mental meringankan hati. Jika memang ada kesempatan untuk bisa masuk ke sana, apalagi shalat disana, sungguh aku akan sangat bersyukur. Jikapun kondisi tak memungkinkan untuk bisa shalat karena penuh, bisa berdoa sejenakpun akan pula kusyukuri. Jikapun berdoa (bahkan sekedar sambil berdiri sebab sempitnya tempat) tak memungkinkan, bisa masuk dan melewati tempat itupun aku juga akan bersyukur. Jika tidak bisa sama sekali, juga tidak apa- apa. Ibadah di Raudhah adalah ibadah sunat, yang jika dikerjakan akan mendapat pahala, jika tak dikerjakan tak berdosa. Itu yang kutanamkan dalam diriku. Aku secara pribadi juga mempercayai bahwa lebih baik tidak bisa melakukan hal tersebut daripada mencederai atau mendzalimi diri sendiri, atau orang lain (demi bisa masuk atau mendapatkan tempat shalat di sana). [caption id="attachment_158045" align="aligncenter" width="436" caption="Pengumuman di Raudhah. Foto: detik.com"]
***
Aku percaya, Allah Maha Adil dan membagi segala sesuatu sesuai keperluan dan manfaat bagi masing- masing orang.
Karenanya aku tak hendak berhitung tentang berapa lama atau apa yang dapat dilakukan oleh seseorang disana. Biarlah itu menjadi rahasia Allah. Bukan bagianku untuk mengambil kesimpulan tentang hal tersebut.
Bagiku, semuanya baik. Sebab aku percaya Allah Maha Tahu apa yang dibutuhkan dan akan membawa kebaikan bagi masing- masing orang. Sebab aku percaya bahwa adil tak selalu artinya dibagi rata, tapi diberikan sesuai kebutuhan.
[caption id="attachment_158046" align="aligncenter" width="318" caption="Area Berkarpet Hijau di Raudhah. Foto: 3.bp.blogspot.com"]
Seperti kukatakan, aku sudah akan sangat bersyukur jika bisa masuk ke tempat itu, walau secara mental juga aku mempersiapkan diri jika ternyata kondisi tak memungkinkan untuk melakukan hal tersebut.
Tapi sebaliknya, ketika yang kuperoleh ternyata adalah kelonggaran waktu dan tempat di sana, apalagi yang bisa dan harus kulakukan selain berterimakasih pada Yang Kuasa?
Air mataku kembali mengalir tanpa henti ketika entah bagaimana, pada kunjungan pertamaku ke Raudhah, pada suatu pagi di hari kedua kami berada ke Madinah, diantara begitu banyak orang yang berdesakan, pada kondisi dimana shalat akan merupakan hal yang tak mudah dilakukan sebab tempat sangat sempit untuk dapat bersujud, aku bahkan bisa shalat berjejer bertiga dengan ibu dan putriku di sana.
Keindahan yang sungguh indah bahwa kami dapat memperoleh tempat lapang di Raudah seperti itu. Dan aku merasakan kenikmatan yang amat sangat ketika bisa melaksanakan shalat di Raudah terapit diantara dua orang yang sangat kucintai itu.
Kami bahkan bisa melakukan shalat dua rakaat berulang- ulang dan berdoa diantara masing- masing shalat dua rakaat itu.
Ah, bukan hanya ketika berada di sana, bahkan saat menuliskan tentang hal itupun, air mataku mengalir kembali mengingat betapa Allah Maha Pemurah.
Sebelum masuk ke Raudhah, kami telah mendapat pesan jika kondisi memungkinkan untuk menyegerakan shalat dua rakaat, lalu jika masih ingin berdoa, lakukan itu sambil berdiri, jangan sambil duduk sebab biasanya akan ada yang meminta kami untuk segera bergeser dan memberikan tempat itu bagi orang lain. Secara rata- rata tiap orang hanya akan memperoleh waktu sekitar 10-15 menit di dalam Raudhah.
Dan saat aku berada di sana, entah dengan cara bagaimana, Allah melonggarkan tempat itu. Aku melihat bahwa area berkarpet hijau itu penuh sesak, tapi di sekitar ibu, aku dan putriku, tempat sungguh longgar. Selain sempat shalat dua rakaat berulang kali, aku bahkan sempat berdoa panjang diantara masing- masing shalat dua rakaat itu dalam waktu yang cukup panjang dan dalam posisi bersujud…
***
Sampai saat ini, aku tak berubah pendapat bahwa kita sebaiknya tak memaksakan diri, apalagi sampai mencederai diri atau orang lain, untuk bisa melakukan banyak hal di sana. Sekedar bisa masukpun sudah bersyukur, jika tidakpun bahkan tak apa. Tapi aku tak mengingkari bahwa sebab tahu betapa sulitnya mendapatkan tempat dan waktu berada di sana, bisa memperoleh kelonggaran saat berada di Raudhah sangat membahagiakan.
Kupanjatkan rasa syukur dan terimakasihku pada Yang Maha Kuasa Di Atas sana atas kesempatan indah itu. Allah Maha Besar. Sungguh, Allah Maha Besar dan Maha Pemurah…
p.s: tulisan ini dibuat sebagai catatan dari perjalanan umrah yang kulakukan. Jika ada kesalahan dan kekurangan dalam tulisan ini, maka hal tersebut semata karena kekurangan dan keterbatasan yang ada pada diriku...
** Keterangan gambar:
1.Menara Masjid Nabawi yang asli ( foto diambil di Madinah, Juli 2011 )
2.Kubah hijau dan menara Masjid Nabawi yang dibangun oleh Rasulullah s.a w. Bagian berkubah hijau adalah rumah, yang kini menjadi makam Nabi Muhammad ( gambar diambil dari Wikipedia )
3.Peringatan untuk tak berdesak- desakan di Raudhah ( gambar diambil dari detik.com )
4.Area Raudhah yang berkarpet hijau ( gambar diambil dari blogspot )
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H