***
Dibanding sepuluh atau lima belas tahun lalu, industri kendaraan bermotor di Indonesia kini memasuki masa keemasan. Kompas (18/12/2010) mencatat, setiap tahun terjadi 6 juta transaksi sepeda motor, dan 25 % di antaranya terjadi di Jakarta dan sekitarnya. Setiap tahun terjadi 600 ribu pembelian kendaraan roda empat, dan 45 % di antaranya terjadi di Jakarta dan sekitarnya.
Khusus sepeda motor, masyarakat diberi kemudahan. Hanya dengan uang muka 300 ribu rupiah, KTP, Kartu Keluarga serta bukti rekening pembayaran listrik, seseorang sudah bisa membawa sebuah sepeda motor. Untuk mobil, seseorang sudah bisa membawa mobil jenis tertentu dengan uang muka sekitar 25 hingga 30 juta rupiah. Namun kemudahan mendapatkan sepeda motor dan mobil ini juga diikuti oleh tingginya angka kecelakaan lalulintas. Menurut data pihak kepolisian yang dikutip detiknews, rata-rata jumlah kecelakaan secara nasional setiap tahun mencapai 40 ribu. Dari 40 ribu kasus kecelakaan ini poskota mencatat jumlah korban jiwa rata-rata mencapai 28 ribu. Kecelakaan lalulintas merupakan mesin pembunuh nomor dua di Indonesia setelah penyakit TBC!! Melihat tingginya angka kematian karena kecelakaan lalulintas, aku jadi bertanya-tanya. Berapa banyak korban yang tewas itu yang mendapatkan SIM karena jalur khusus, padahal mereka sebenarnya tidak lulus ujian teori dan tidak mengikuti ujian praktek? Berapa banyak di antaranya yang mengenakan sabuk pengaman hanya sebagai perhiasan? Berapa banyak di antaranya yang tidak mengenakan helm? Banyak pengguna kendaraanbermotor yang lebih mementingkan kenyamanan berkendara. Mereka memilih tak menggunakan sabuk dan melepas helm. Mereka tak sadar kalau perbuatan yang terkesan sepele itu memiliki implikasi yang sangat serius. Karena mereka bermain-main dengan nyawa. Di Indonesia, banyak pengguna kendaraan bermotor yang setiap hari bermain-main dengan nyawa karena lebih mengutamakan kenyamanan berkendara. Anda ingin seperti mereka? **gambar diambil dari www.surrey-fire.gov.uk**
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H