Mohon tunggu...
Aar Sumardiono
Aar Sumardiono Mohon Tunggu... profesional -

Belajar dan berbagi inspirasi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Open Source Textbook

1 September 2010   00:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:33 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

[caption id="attachment_245798" align="alignright" width="300" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Apa beda isi buku matematika tahun ini dibandingkan tahun lalu? Apakah ada perbedaan yang substansial? Kalau tidak ada, mengapa orangtua harus membeli buku baru setiap tahun? Mengapa kita tak bisa menggunakan buku yang lama saja? Alasan untuk semua itu? Bisnis, titik. There’s nothing to do with education. Ketersediaan buku baru setiap tahun tak ada hubungannya dengan kurikulum dan kualitas pendidikan anak, tetapi tentang bisnis buku pelajaran bernilai milyaran rupiah yang harus tetap berjalan. Penerbit, penulis, dan seluruh komponen jaringan distribusi ingin memastikan bahwa setiap tahun selalu ada pembelian buku baru oleh orangtua untuk anak-anaknya yang bersekolah, dengan alasan apapun. Buku baru dan pembelian buku pelajaran baru setiap tahun adalah darah segar yang menghidupi industri buku pelajaran. Pasarnya adalah para orangtua yang selalu berada dalam posisi tidak berdaya dan tidak memiliki pilihan lain kecuali mengikuti kebijakan yang telah ditetapkan oleh sekolah/guru yang telah menjadi bagian dari industri dan mata rantai distribusi buku pelajaran. ** Keprihatinan terhadap hal ini bukan hanya milik para orangtua yang setiap tahun selalu mengalami isu penyediaan dana tambahan untuk membeli buku baru. Scott G. McNealy, mantan CEO Sun Microsystem, saat ini sedang menggagas open source untuk buku pelajaran. “Sejak dulu sepuluh ditambah sepuluh adalah dua puluh,” kata McNealy. “Di Amerika Serikat, kita mengeluarkan $8-10 miliar per tahun untuk buku pelajaran,” imbuhnya. “Menurut saya, kita dapat meletakkan seluruh material itu di Internet dan dapat diunduh gratis.” Sejak enam tahun lalu, McNealy merintis situs Curriki yang menjadi titik hubung antara para ahli, pendidik, dan pembelajar untuk menciptakan materi-materi pendidikan yang berkualitas, mulai tingkat SD hingga SMA, bidang studi Science & Technology, Math, English, dan Social Studies. Siapapun dapat mengunduh materi yang ada di Curriki. ** Open source untuk buku pelajaran adalah angin segar untuk dunia pendidikan. Saatnya setiap orangtua memiliki kesempatan mengoptimalkan dana yang mereka keluarkan. Masa santai industri buku pelajaran sudah waktunya diakhiri. Saatnya mereka harus bekerja lebih keras untuk meraih hati dan uang dari para orangtua. Apakah pemerintah akan berpihak pada open source textbook atau pada industri percetakan? Kita lihat saja. Tapi kita sudah lumayan berbahagia melihat inisiatif pemerintah dengan Buku Sekolah Elektronik (BSE). Mudah-mudahan semakin lama semakin banyak materi BSE dan semakin mudah diakses oleh masyarakat luas. (Ditulis oleh Sumardiono, orangtua praktisi homeschooling, blogger di Rumah Inspirasi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun