Mohon tunggu...
Rian PaulHolan
Rian PaulHolan Mohon Tunggu... Seniman - Mahasiswa di Stt. Trinity Parapat

Semua yang berkaitan dengan Seni adalah kesukaanku.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Etika Kristen dalam Memahami Lingkungan Hidup

28 September 2023   23:56 Diperbarui: 29 September 2023   00:04 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Lingkungan hidup yang telah dianugerahkan Tuhan untuk dapat  kita olah dan nikmati hasilnya bukanlahdiciptakan hanya  untuk sebagai pemuas kebutuhan setiap manusia. Sebagai komponen penting dalam lingkungan hidup, sepatutnya manusia dalam interaksinya dengan alam adalah memanfaatkan sumberdaya dengan cara memperhatikan etika lingkungan hidup. Tetapi tidak jarang kita melihat dimedia masa, bahkan disekitar kita masih ada oknum tertentu yang bebas membuka lahan sebagai contoh bagaimana PT. Freeport di Papua yang merusak tatanan alam Papua selama berpuluh-puluh tahun, bagaimana PT. Toba Pulp lestari yang merusak hutan disekitaran danau Toba,  yang menjadikan hutan lindung sebagai hutan Industri. Tentu kajian ini bukan lagi menjadi kajian baru yang jarang diperbincangkan dan diperdebatkan di semua elemen lapisan masyarakat. Oleh sebab itu perlu untuk melihat manusia dan lingkungan hidup secara Etika Kristen, yang memiliki dasar dan kebenaran firman Tuhan didalamnya.

 Dalam keberadaan manusia sebagai makhluk yang diberikan mandat dan kuasa oleh Allah, ada dua sikap yang seharusnya dikerjakan oleh orang Kristen terhadap kelestarian lingkungan hidup. Yang pertama adalah kelestarian lingkungan hidup adalah kebutuhan manusia dan melestarikan alam sekitar adalah kewajiban manusia. Yang kedua adalah kelestarian lingkungan hidup adalah kebutuhan manusia, memberi arti bahwa manusia  adalah bagian dari lingkungan hidup itu sendiri. Dengan kata lain, pembalakan hutan, pencemaran laut, pencemaran udara dan sumber mata air yang terkena limbah, yang belakangan ini kita dapat melihat di berita media, Jepang membuang limbah nuklir kedalam laut. tentu ini  sama halnya menghancurkan manusia itu sendiri pada akhirnya.

Sering sekali beberapa orang Kristen salah mengerti mengenai Kejadian 1: 28 tentang, penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, padahal menaklukkan bumi pada ayat tersebut merujuk pada pengelolaan alam semesta, baik ikan-ikan dilaut, burung-burung di udara, segala binatang merayap serta berbagai jenis tumbuhan yang hidup di bumi khususnya Taman Eden pada saat itu. Apakah hanya itu saja yang Alkitab ajarkan kepada manusia untuk menjaga dan melestarikan lingkungan hidup, tentu tidak, kita tahu Alkitab kita sungguh kaya dalam segala hal untuk mengajar dan mengingatkan kepada kita tentang bagaimana mengelola dan menghargaiseluruh ciptaan-Nya.

 Dalam Imamat 25:18-22 dapat kita perhatikan bagaimana Allah juga memberikan perintah untuk mengistirahatkan tanah dari pengolahannya, yang merupakan salah satu aspek fundamental tahun Yobel. Hal ini juga selaras dengan kebiasaan berkala dari masyarakat agraris primitif yang membiarkan tanah tanpa pengolahan dalam jangka waktu tertentu untuk memulihkan kembali kesuburannya. Sebuah sumber  mengatakan, sampai saat ini salah satu suku terisolasi di Indonesia tepatnya di Provinsi Jambi  yaitu suku Talang Mamak, memiliki tradisi untuk mengistirahtkan tanah selama setahun, setelah ditanami selama tiga tahun, fungsinya adalah untuk mengembalikan kesuburan tanah.

Kelestarian lingkungan hidup adalah pada dasarnya tanggung jawab setiap manusia, menurut Arne Naess, krisis lingkungan hidup dewasa ini hanya bisa diatasi dengan melakukan perubahan cara pandang dan prilaku manusia terhadap alam secara fundamental dan radikal. Begitu juga dengan orang-orang Kristen yang sudah memiliki paradigma yang sudah diubahkan,oleh pengenalan akan Kristus tentu tidak lagi melihat seluruh alam ini, sebagai hal yang terus menerus diperkosa, diambil hasilnya secara habis-habisan, karena sebenarnya seluruh alam yang sudah disediakan Tuhan mampu untuk mencukupi kebutuhan setiap manusia, tetapi tidak mampu untuk memuaskan keserakahan manusia. Revolusi ataupun perubahan zaman tidak menjadikan kita manusia-manusia yang cenderung mencintai apa yang kita kenal, adalah tugas kita sebagai anak-anak Tuhan, untuk mengelola bumi dan memanfaatkan lingkungan hidup secara bertanggung jawab, semua orang perlu memikirkan untuk generasi masa depan manusia dikemudian hari, bukan saja pikiran yang sesaat. Sehingga manusia dimasa depan tidak mendapati dunia yang mereka tinggali adalah dunia yang penuh polusi, pencemaran dan kerusakan lingkungan yang parah. Untuk itu jadilah orang-orang Kristen yang mencintai dan menyayangi lingkungan sebagai mandataris Allah di dunia ini.

Kiranya artikel ini menolong kita semua untuk memahami dan menyadari bahwa dari permulaan penciptaan Tuhan telah menentukan dan memanggil manusia untuk memelihara seluruh alam ciptaan-Nya, sesuai dan seturut dengan kehendak dan rancangan-Nya yang ajaib.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun