Mohon tunggu...
Rian PaulHolan
Rian PaulHolan Mohon Tunggu... Seniman - Mahasiswa di Stt. Trinity Parapat

Semua yang berkaitan dengan Seni adalah kesukaanku.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Etika Pelayanan Kristen yang Seturut dengan Kristus

26 September 2023   10:10 Diperbarui: 26 September 2023   10:40 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pendalaman sebuah Indentitas dalam diri seseorang,selalu dipengaruhi seberapa dalam pengenalannya akan tanggung jawab dan tugas-tugas yang dipercayakan kepadanya. Sering sekali Indentitas itu hanya dipakai sebagai atribut semata, tetapi sulit dikerjakan, dihayati, peran-peran penting yang terkandung didalamnya. Demikian pula halnya ketika kita membahas  dan melihat jauh lebih dalam, bagaimana sebenarnya peran dan kehidupan seseorang dapat dikatakan sebagai hamba Tuhan, yang hidup dan pelayanannya meneladani Kristus selama masa pelayananya didunia. 

\Berbicara Etika Kristen tidak akan pernah lepas dari kaidah-kaidah apa yang boleh dan tidak boleh, pantas dan tidak pantas dilakukan. Semua konsep dan aturannya berdasarkan Alkitab. Yesus dengan rela mati mengorbankan nyawa-Nya sendiri untuk menebus umat manusia, dibeli dengan harga yang mahal dan telah lunas dibayar, karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu (1 Korintus 6:20). Menjadi hamba Tuhan atau pelayan Tuhan bukan karena rasa takut atau juga rasa bersalah, tetapi pelayanan itu dilakukan dari hati yang mendalam atas apa yang telah Allah kerjakan atas hidup manusia dan manusia yang telah berhutang nyawa kepada-Nya. 

Hidup yang sudah menerima anugerah keselamatan adalah hidup yang melayani  Tuhan. Arti dari istilah hamba Tuhan menyatakan apa yang dirindukan seorang tuan  dari seorang hamba yaitu kesetiaan, ketaatan dan kesiapan dan tidak kalah penting adalah kerendahan hati seorang hamba. Dalam keempat kriteria hamba ini, Tuhan Yesus sendiri telah terlebih dahulu menjadi contoh bagi kita semua yang dipanggil Tuhan untuk melayani-Nya. Pelayanan Yesus selama  di dunia sering kali membuat gusar orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat karena Yesus sering menggabungkan diri dengan orang-orang berdosa, suatu kenajisan bagi orang Farisi melihat hal itu. Tetapi kita dapat melihat bagaimana Yesus menyikapi kritikan orang Farisi tersebut dalam Matius 9:12-13  Yesus mendengarnya dan berkata; "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. Jadi pergilah dan pelajarilah arti Firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.'.

Dari Firman Tuhan diatas yang kita baca, apa yang menjadi salah satu pokok penting Etika pelayanan seorang hamba Tuhan, adalah belas kasihan. Sangat tegas perkataan Yesus ini menampar dan mengingatkan  kita semua, karena sering kali kita memilih-milih siapa yang pantas kita layani, kita dekati dan doakan. Dalam suatu cerita seorang tokoh besar India yang bernama Mahatma Gandhi suatu kali ditanya oleh E. Stanley Jones," Sekalipun anda sering mengutip kata-kata Kristus, mengapa anda kelihatan keras menolak untuk menjadi pengikutnya? Jawab Gandhi, " Saya tidak pernah menolak Kristus. Saya suka Kristus anda. Tapi saya tidak suka dengan orang Kristen anda. Kita mengerti mengapa Gandhi mempunyai pandangan pandangan seperti itu, jika kita telusuri dan melihat pengalamannya saat ia bekerja sebagai seorang pengacara di Afrika Selatan yang menjalani sistem Apartheid pada waktu itu ( Perbedaan antara kulit hitam dan kulit putih). 

Sebagai seorang anak muda, Gandhi sangat suka dan tertarik dengan ajaran Kristen dan mempelajari Alkitab dan ajaran-ajaran Yesus. Dia sangat serius mempertimbangkan untuk menjadi seorang Kristen dan mencari sebuah Gereja untuk dikunjunginya. Di pagi minggu saat ia mau melangkah masuk kedalam sebuah gereja, seorang penerima tamu menghalang langkahnya. " Mau kemana kamu orang kafir?" tanya seorang pria berkulit putih padanya dengan nada yang angkuh. Gandhi menjawab," Saya ingin mengikuti Ibadah disini." 

Penatua gereja itu membentaknya sembari berkata, " Tidak ada ruang untuk orang Kafir di gereja ini. Enyahlah dari sini atau saya akan menyuruh orang untu melempar kamu keluar!" Suatu tindakan keangkuhan dari seorang yang seharusnya mewakili Kristus tetapi justru menghentikan langkah seorang Gandhi untuk mempertimbangkan Kekristenan bagi dirinya, namun dia tidak dapat menyangkal kebenaran ajaran dan juga teladan Kristus. Dari cerita dan pengalaman yang dialami oleh Gandhi, banyak hal yang menjadi  perenungan bagi kita selaku hamba Tuhan dan pengikut Kristus, ditengah-tengah zaman yang sudah jauh lebih maju, mungkin masih banyak Gandhi yang lain yang mengalami perlakuan yang sama ataupun lebih ekstrim.

 Penolakan-penolakan dan pembedaan-pembedaan, terhadap orang lain ditengah-tengah gereja dan dunia pelayanan tidak semerta-merta hilang, prilaku dan etika yang buruk itu tetap ada, tetapi dalam wujud dan bentuk lain. Sebagai contoh yang masih ada kita temukan didalam gereja bagaimana sambutan penerima tamu ketika seorang pejabat atau orang tersohor mau masuk dan mau beribadah, penerima tamu akan memberikan senyum termanis, dan menuntun untuk  duduk didepan. Tetapi berbeda halnya, ketika jemaat biasa, yang tidak terkenal datang ke gereja, senyumnya ala kadarnya dan tidak diantar ketempat duduknya. 

Prilaku dan norma seperti ini sudah lama terpelihara dengan subur, sehingga menganggap hal ini sebagai sesuatu yang etis untuk dilakukan. Demikian halnya pula yang sering kita lihat bahkan mungkin gembala kita sendiri, dikehidupan nyata atau berita sosial media yang mungkin pernah kita dengar,bagaimana kehidupan glamour dan hedonisya seorang hamba Tuhan,memiliki mobil mewah dan rumah serta kehidupan yang serba papan atas, bahkan ketika dijadwalkan berkhotbah sudah memiliki tarif berapa harga yang harus dibayar gereja untuk mengundang dia berkhotbah. Tentu dalam hal ini selalu ada pembelaan dan bantahan dari apa yang saya tuliskan, bukan menyalahi ketika seorang itu kaya dan diberkati Tuhan, tetapi bukan berarti kesuksesan pelayanan itu menjadi jebakan yang menghancurkan diri kita sendir sehingga kita lupa akan tugas dan tanggung jawab kita sebagai hamba. Kehidupan Yesus, teladan Yesus sudah lebih dari apapun untuk mengajar dan mendidik kita semua untuk mengerti Etika menjadi seorang hamba Tuhan. 

Sebagai penutup saya mengambil sebuah kutipan dari buku yang berjudul, Menghidupi Injil & Menginjil Hidup karya Sen Sendjaya yang menuliskan seperti ini " Yesus merendahkan diri menjadi hamba. Segala sesuatu di jagat raya ini diciptakan oleh, dalam, dan untuk Dia. Namun, Ia ada di tengah tengah para murid-Nya sebagai hamba (Luk.22:27), membasuh kaki para murid-Nya yang berdosa, dan mengorbankan nyawa-Nya. Semua itu Ia lakukan dalam ketaatan penuh terhadap kehendak Bapa-Nya, tanpa pamrih, tanpa menuntut upah. Supaya Anda dan saya, di dalam Kristus, mampu berbuat hal yang sama bagi Dia dan orang lain.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun