'Aku mau pulang ke Jogja aja Mas. Mau nemenin Bapak. Sambil nanti cari-cari kerjaan lagi di sana. Masak pengalaman tujuh tahun di Jakarta nggak dihargai orang. Nggak kuat dengan gaya hidup disini.'
Cukup kaget mendengar penuturan adik lelakiku, Wisnu. Tak terpikir olehku akan keputusan 'come back to hometown' tersebut. Mengingat perjuangannya tujuh tahun hidup sendiri di ibukota, hanya berbekal ijasah SMA. Keputusan yang sangat besar.
Keluar dari rutinitas pekerjaan yang telah menyokong hidupnya selama ini. Meninggalkan orang yang, menurutnya, disayangi. Meninggalkan hiruk pikuk kehidupan Jakarta.
Kembali ke dusun. (Bercita-cita) menemani bapak yang berusia tujuh puluh empat tujuh Januari lalu. (Bercita-cita) merubah pola dan gaya hidup. Yang pasti, justru dialah yang merespon provokasi AA Kunto, seniorku di SMA yg adikku sendiri juga tidak kenal dengannya, untuk kembali ke mBrayut (demikian kami sebut nama dusun kami).
Berbekal surat pengalaman kerja dan sebuah MIO baru, Om Numnu (demikian anakku Kezia yang berusia 16 bulan memanggulnya) berangkat menyusuri jalan Jakarta-Yogyakarta subuh tadi.
Selamat jalan Om Numnu. Tuhan Yesus memberkati perjalanan-(hidup)-mu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H