[caption caption="Merangsang aktivasi otak berimbang sejak dini (dok RBP)"][/caption]Pagi (8/3) itu Fiore, Fatimah, dan Hilman yang rata-rata berusia 4 tahunan dibimbing oleh guru mereka, Bu Novie, untuk memanjatkan doa bersama sebelum memulai kelas bermain mereka di jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang berada di bawah asuhan Tim Guru PKBM ‘Tamansari Persada’, Jatibening Baru, Bekasi. Berdoa merupakan upaya edukasi untuk mengenalkan anak pada keberadaan Sang Khalik sekaligus berbagai ritual ibadah sesuai agama yang dianut.
Agenda bermain mereka kali ini adalah membuat pola huruf menggunakan papan huruf halus-kasar dan setelah selesai mereka menempelkan kancing-kancing baju membentuk huruf sesuai pola itu,”Menggambar pola dan menempel kancing tujuannya agar anak didik bisa merasakan perbedaan halus-kasarnya tekstur sebuah benda sekaligus melatih motorik halus mereka.” Papar Suharti Nisfiah Nurbayani, ST., Koordinator dan Guru PAUD, seputar permainan kelompok yang dilakukan oleh anak-anak didiknya.
Secara umum agenda edukatif PAUD memang ditujukan untuk merangsang aktivasi otak anak agar dapat berjalan seoptimal mungkin. Sebagaimana kita ketahui; otak manusia terbagi menjadi beberapa bagian, yakni Otak Besar (cerebrum), Otak Kecil (cerebellum), Otak Depan (diensefalon), Otak Tengah (mesencephalon), dan Otak Belakang (metencephalon). Otak besar pusat syaraf utama karena fungsinya yang sangat penting berkaitan dengan inteligensi, memori, kesadaran dan pertimbangan. Sementara Otak Kecil berfungsi sebagai pusat keseimbangan dan kemampuan motorik. Jika bagian ini mengalami gangguan, maka akan menyebabkan gerakan otot tidak lagi terkoordinasi.
Otak Depan bertugas memproses rangsang sensorik dan membantu memulai atau memodifikasi reaksi tubuh terhadap rangsangan tersebut. Beberapa contoh aktivitas yang melibatkan Otak Depan di antaranya adalah mengunyah, melihat, pergerakan mata, ekspresi wajah (tersenyum, cemberut, dan lain-lain), mendengar, bernapas, menelan, mencium (membaui), dan keseimbangan tubuh.
[caption caption="Mengenal makna tanggung jawab dan eksplorasi kreatifitas (dok RBP)"]
Metode stimulasi yang tepat sejak usia dini akan memberikan semacam panduan dasar bagi aktivasi otak menuju performa optimal yang dalam jangka panjang diharapkan dapat memberikan kontribusi positif signifikan bagi pertumbuhan fisik-mental anak agar bertumbuh menjadi individu yang memiliki kemampuan mengendalikan aspek psikomotorik maupun aspek psikososialnya dan meraih sukses yang membahagiakan di kemudian hari.
Seusai menempel kancing-kancing membentuk huruf, anak-anak pun diberikan waktu istirahat yang diisi makan siang bersama,”Selama makan siang pun anak-anak dilatih mengenal kemandirian dan tanggung jawab .” Ujar Suharti seraya menunjukkan Fiore, salah seorang anak didiknya, merapikan makanan yang tumpah dan melap sendiri lantai kotor yang ketumpahan itu sampai bersih didampingi pembimbingnya.
Usai makan siang, mereka dibimbing melukis dengan menggunakan kuas, kertas HVS, dan cat air,” Tujuannya melatih motorik halus, merangsang daya kreatifitas, dan belajar pencampuran warna-warna dasar .”Kata Suharti menutup perbincangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H