Mohon tunggu...
Rumah Belajar Persada
Rumah Belajar Persada Mohon Tunggu... -

Pokoknya dimana saja,kapan saja, dan bersama siapa saja; belajar itu sebaiknya jalan terus.... We Can Do It !\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mencetak Generasi Bahagia dengan ‘Life Skills’

5 September 2013   10:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:19 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

World Health Organization (WHO) mendefinisikan life skills sebagai kemampuan individual untuk membentuk kebiasaan positif yang mampu beradaptasi sesuai kebutuhan untuk menjawab berbagai tuntutan maupun tantangan dalam kehidupan sehari-hari. Lebih lanjut diterangkan bahwa kebiasaan positif itu merepresentasikan ketrampilan psikologis-sosial yang menentukan kualitas perilaku termasuk kemampuan-kemampuan reflektif (kemampuan memecahkan masalah, berpikir kritis), ketrampilan personal (contohnya, kemampuan menakar kapasitas diri sendiri), dan kemampuan berinteraksi.

Life skills yang diaplikasikan dengan baik akan meningkatkan kemampuan menghargai diri sendiri,sosialisasi, dan toleransi. Selain itu juga berperan penting dalam melakukan dan melestarikan perubahan, menumbuhkan kemerdekaan untuk memutuskan apa yang harus dikerjakan dan siapa yang layak untuk mengerjakannya.Seseorang yang memiliki life skills akan tumbuh menjadi pribadi yang seimbang, takkan mudah terseret pada emosi negatif, dan relatif lebih bahagia dalam kehidupannya.

[caption id="attachment_263851" align="aligncenter" width="504" caption="Prestasi membuat mereka optimis dan bahagia (dok RBP)"][/caption]

Para orangtua yang mengidamkan anak-anak mereka sukses sekaligus bahagia dalam kehidupan pastinya memiliki kebutuhan akan pendidikan life skills bagi buah hati mereka. Pendidikan life skills (PLS) merupakan konsep pendidikan yang bertujuan untuk mempersiapkan warga belajar agar memiliki keberanian dan kemauan menghadapi masalah hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan kemudian secara kreatif menemukan solusi serta mampu mengatasinya. Secara konseptual, PLS memiliki beberapa indikator, yaitu kecakapan mengenal kelebihan-kekurangan diri sendiri (personal skills), kecakapan berpikir rasional/akademis (thinking/academic skills ), kecakapan sosial (social skills ), dan kecakapan yang bersifat ketrampilan pada sebuah bidang pekerjaan tertentu(vocational skills ) yang sifatnya spesifik (specific skills ) atau teknis (technical skills ).

Sementara dari sisi pengajaran, menurut Jecques Delor, PLS ini memiliki empat program utama pembelajaran yang meliputi belajar untuk memperoleh pengetahuan (learning to know), belajar untuk mengerjakan sesuatu (learning to do), belajar menjadi individu yang bermanfaat (learning to be ), dan belajar untuk dapat hidup bersama orang lain (learning to li ve together).

[caption id="attachment_263857" align="aligncenter" width="504" caption="Belajar itu sebenarnya menyenangkan ... (dok RBP)"]

1378349650168136191
1378349650168136191
[/caption]

PLS ini dapat kita jumpai dalam penerapan sistem belajar homeschooling dimana para anak didik dapat belajar dengan metode yang diusahakan secocok mungkin dengan kondisi mereka, dari segi fisik-mental maupun pola kehidupan sehari-hari. Anak-anak berkebutuhan khusus dengan latar belakang kasus cedera otak, autisme, phobia sekolah akibat penggencetan (bullying), kecenderungan asosial (sulit bergaul dengan orang lain), atau agenda profesional mereka yang kelewat padat sebagai selebritis/atlet lebih efektif menyerap PLS melalui sistem homeschooling ini. Pola kegiatan belajar-mengajar dengan jumlah murid dibatasi per kelas bahkan bisa pula secara privat di bawah bimbingan para guru yang selalu siap beradaptasi dengan kebutuhan anak didik telah memungkinkan mereka secara bertahap mengatasi kendala maupun phobia di dalam diri dan menumbuhkan rasa percaya diri untuk melakukan hal-hal baru yang sebelumnya tak pernah mereka lakukan.

Di Homeschooling Kak Seto (HSKS) Jatibening, misalnya, anak didik yang super sibuk dan yang mengalami kesulitan berinteraksi sosial karena faktor kesehatan, rasa rendah diri atau perilaku agresif dapat mengawali PLS mereka dengan sistem privat dimana guru mengunjungi mereka ke rumah atau mereka dapat datang ke kampus dengan metode satu guru untuk satu murid. Pada perkembangan selanjutnya, bila mereka telah mencapai sebuah fase yang kondusif untuk melakukan kegiatan bersama orang lain, maka mereka dapat belajar dengan sistem komunitas. Terbukti banyak siswa yang sukses mengatasi kendala-kendala yang semula dianggap sebagai ‘kartu mati’ dalam kehidupan akademis maupun sosial mereka. Prestasi yang berhasil diraih membuat anak-anak ini dapat lebih lapang menjalani kehidupan mereka serta optimis menyongsong masa depan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun