Mohon tunggu...
Rumah Belajar Persada
Rumah Belajar Persada Mohon Tunggu... -

Pokoknya dimana saja,kapan saja, dan bersama siapa saja; belajar itu sebaiknya jalan terus.... We Can Do It !\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memupuk Kekeluargaan Sambil Berebut Puding dan Koin

31 Agustus 2016   09:15 Diperbarui: 31 Agustus 2016   09:31 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puding lezat rasa kekeluargaan (dok RBP)

Tentu saja bukan sembarang puding recehan yang membuat ibu-ibu guru PKBM ‘Tamansari Persada’, Jatibening Baru, Bekasi; begitu antusias sampai rela belepotan memenangkan Lomba Makan Puding dan Lomba Kumpul Koin pada momen selebrasi 71 tahun kemerdekaan Indonesia yang mereka gelar beberapa waktu (18/8) lalu di lantai dua Kampus Rumah Belajar Persada.

Pudingnya memang sangat istimewa karena dibuat secara khusus menggunakan bahan-bahan terbaik dari mulai susu murni sampai stroberi segar dan diracik penuh cinta oleh Ketua PKBM mereka, Wina Yunitasari, SPd.; yang rela begadang untuk memberikan hasil terbaik bagi anak-anak didiknya di Homeschooling Persada plus para guru yang bekerja di bawah koordinasinya. Semangkuk puding dua lapis merah-putih dan seplastik imut vla stroberi telah menyertai para homeschoolers jenjang SD-SMA pulang ke rumah masing-masing tadi. Sepiring puding sedap yang tersisa kini telah diiris-iris sedemikian rupa untuk dijadikan ajang lomba.

Puding diletakkan di meja lalu dengan aba-aba dari Wina, para guru menyerbu dan berjuang memakan  camilan segar itu sebanyak yang mereka mampu dalam waktu singkat. Proses mengunyah dan menelan tak selancar harapan karena mereka harus menahan geli saat menyaksikan ekspresi teman-teman yang dengan pipi-pipi menggembung karena memasukkan beberapa potong puding sekaligus tengah berusaha keras memakannya secepat mungkin.Tawa berderai di akhir lomba menimpali celetukan-celetukan  spontan lucu antar mereka.

Bergembira bersama seusai bekerja keras (dok RBP)
Bergembira bersama seusai bekerja keras (dok RBP)
Lalu ada lomba unik yang dilakukan oleh peserta berpasangan dengan temannya.  Satu orang ditutup matanya menggunakan secarik kain dan pasangannya akan memberikan instruksi untuk mengambil spidol yang telah diletakkan Wina di meja panjang tempat menaruh camilan. Tak mudah menempuh rute pendek itu dengan mata tertutup melewati meja, kursi, tiang penyangga, dan macam-macam benda lagi. Setelah berhasil mengambil spidol, pasangan mereka pun riuh meneriakkan panduan ke tempat tujuan berikutnya. Dua buah whiteboard diletakkan berdampingan di salah satu sisi ruangan dan peserta harus menggambarkan sosok setengah badan manusia tanpa memakai indra penglihatan dengan hanya mengandalkan panduan suara pasangannya. Lagi-lagi tak gampang menyelesaikan tugas sederhana itu tanpa bantuan penglihatan. Hal yang sama terulang di penghujung lomba ketika mereka harus memberi minum pasangannya masing-masing dengan mata tertutup ….

Keceriaan berlanjut dengan Tarik Tambang yang dilakoni dengan serius sampai ada peserta yang menggelosor karena kakinya kram. Ekspresinya sungguh luar biasa, meringis-ringis sambil sesekali tertawa tertahan. Untunglah, setelah dilakukan tindakan cepat, sebentar kemudian dia pun sudah bangkit dan siap berlomba lagi. Berikutnya adalah primadona tahunan, yaitu mengumpulkan koin-koin yang ditancapkan pada buah melon yang digantung setinggi wajah. Serunya, melon-melon itu telah dilumuri coklat kental dan mereka harus adu  cepat mengumpulkan koin-koinnya sebanyak mungkin menggunakan … gigi !

Begitulah, meski sekujur wajah bahkan jilbab belepotan coklat, semangat mereka tetap berkobar untuk menjadi pemenang bahkan balap karung pun dilakoni untuk menentukan pemenang saat ada tiga peserta memperoleh jumlah koin yang sama.

Ceria meski belepotan (dok RBP)
Ceria meski belepotan (dok RBP)
Pembagian hadiah berlangsung setelah mereka membersihkan diri dan kegembiraan memancar seakan tak kunjung surut padahal pastinya mereka sudah kelelahan menangani lomba-lomba 17-an untuk para anak didik, termasuk memasak 13 kg adonan menjadi bakwan udang sayur yang merupakan camilan favorit para homeschoolers dari tahun ke tahun. Kali ini mereka memastikan semua orang dapat menikmatinya sepuas mungkin. Harapan sederhana yang teramat baik ini sepertinya mewakili perasaan para ibu sejati di rumah-rumah mereka yang selalu berjuang tanpa kenal lelah untuk menjaga kesehatan sekaligus menyalakan keceriaan dalam keluarga mereka.

Kebaikan akan selalu mendatangkan kebaikan kembali bagi mereka yang melakukannya. Ibu-ibu guru ini, misalnya, terlihat begitu gembira menerima hadiah-hadiah kemenangan mereka yang berupa panci-panci kecil, vouchermakan di warung, dan …. seplastik besar krupuk ! Ahhh, bahagia itu sederhana selama kita menikmatinya bersama keluarga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun