Kecerdasan sosial menurut Tony Buzan, penulis dan konsultan pendidikan asal Inggris yang terkenal dengan konsintensinya pada teknik-teknik pemetaan pemikiran (mind mapping), Â adalah ukuran kemampuan diri seseorang dalam pergaulan di masyarakat dan kemampuan berinteraksi sosial dengan orang-orang di sekeliling atau sekitarnya. Kecerdasan sosial ini juga merupakan salah satu bagian dari kecerdasan majemuk yang berhasil diklarifikasikan oleh Howard Gardner (1983) yang telah diakui memiliki kontribusi sangat penting dalam membangun kesuksesan hidup seseorang, bahkan konon pengaruhnya lebih signifikan ketimbang kecerdasan intelektual/ IQ semata.
Daniel Goleman dalam bukunya Emotional Intelligence menyatakan bahwa ada empat ketrampilan dasar yang mesti dikembangkan untuk membangun kecerdasan sosial; yaitu mengorganisasi kelompok, merundingkan pemecahan masalah, menjalin hubungan (berinteraksi), dan melakukan pengamatan pada perilaku orang-orang di sekitarnya agar bisa merespon dengan benar (analisa sosial).
Project Class  yang merupakan bagian dari kegiatan belajar-mengajar di Homeschooling Persada, Jatibening Baru, Bekasi; diselenggarakan berdasarkan pemikiran tersebut di atas. Aneka kegiatan kreatif para homeschoolers jenjang SD-SMA saat bersama-sama menyiapkan digelarnya acara makan siang bersama pada puncak acara pengenalan lingkungan sekolah (PLS) beberapa waktu (22/7) lalu, misalnya, memang terutama ditujukan untuk mengasah potensi kecerdasan sosial anak didik.
Secara umum  ada tiga kegiatan pokok yang harus dilakukan secara berkelompok oleh para homeschoolers dengan bimbingan guru-guru mereka; yakni mendekorasi ruang plus membuat segala pernak-perniknya, mendokumentasikan proses yang berlangsung dalam bentuk tulisan maupun foto, dan menyiapkan hidangan untuk disantap bersama.
Para homeschoolers jenjang SMP-SMA yang tergabung dalam Tim Liputan PLS 2016 aktif mengabadikan kiprah teman-teman mereka saat menyiapkan berbagai pernik dekorasi. Hasil jepretan kamera plus tulisan mereka ditempel di sebuah papan tulis yang difungsikan sebagai majalah dinding saat acara berlangsung. Lalu kegiatan mempersiapkan hidangan berlangsung pada hari H diwaktu pagi dimana para homeschoolers jenjang SD bergotong-royong membuat es jeli;  sementara kakak-kakak mereka di jenjang SMP-SMA berjibaku  melipat tisu, menata meja, memasak dan menyajikan makanan bersama para guru.
Tentu saja ada berbagai kesulitan yang harus mereka hadapi atau ketidak-sesuaian pendapat dengan teman-teman saat melakukan berbagai aktifitas tersebut, namun itu adalah bagian dari proses belajar yang harus mereka jalani dalam bimbingan guru-guru mereka yang berdedikasi tinggi dan senantiasa berdoa agar para anak didik itu kelak mampu bertumbuh menjadi sosok-sosok mandiri yang berbahagia sekaligus memiliki kepedulian sosial yang tinggi.
Lalu setelah semua tugas dikerjakan, para homeschoolers berkumpul di Aula untuk bermain bersama lewat acara tukar kado yang unik dan seru. Saat makan siang tiba, mereka pun antri di berbagai meja untuk mengambil hidangan yang mereka sukai. Ekspresi sukacita yang terpancar di wajah-wajah mereka saat bersantap menunjukkan secara nyata bahwa bekerja bersama-sama menghadirkan acara ini adalah sesuatu yang sangat menyenangkan … Bravo !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H