Mohon tunggu...
Rumah Belajar Persada
Rumah Belajar Persada Mohon Tunggu... -

Pokoknya dimana saja,kapan saja, dan bersama siapa saja; belajar itu sebaiknya jalan terus.... We Can Do It !\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Bersenang-senang Dulu, Mengasuh Anak Kemudian …

5 September 2014   13:21 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:33 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sketsa pagi mayoritas keluarga ‘normal’ di dunia adalah rentetan instruksi dari orangtua, biasanya sih para mommy, pada anak atau pasangan. ‘Bangun, sudah siang nih !’ atau ‘Cepat habiskan sarapanmu!’ atau ‘Awas, jangan sampai ada alat tulis yang ketinggalan!’atau ‘Lekas berangkat, nanti telat!’… pokoknya hiruk-pikuk dan membuat para anggota keluarga dari kasta berusia muda, terutama anak-anak, jadi serba salah bingung mau melakukan perintah yang mana dulu.

Yupz, ‘memerintah’ adalah salah satu di antara 12 gaya populer yang menghalangi terjadinya komunikasi yang baik antara orangtua dan anak selain ‘mencap’, ‘membandingkan’, ‘meremehkan’, ‘mengancam’, ‘menyalahkan’, ‘menasehati’, ‘membohongi’, ‘mengkritik’, ‘menghibur’, ‘menganalisa’, dan ‘menyindir’. Menurut Diah Hadiani, Konsultan Parenting dari Yayasan Kita dan Buah Hati (YKBH), saat memberikan Pelatihan Komunikasi Efektif Pengasuhan Anak pada para guru dari Rumah Belajar Persada (RBP) pada Kamis (4/9) lalu; orangtua acapkali lupa mempertimbangkan perasaan anak saat mencoba menjalin komunikasi.

[caption id="attachment_322424" align="aligncenter" width="491" caption="Suasana pelatihan yang nyaman (dok RBP)"][/caption]

Anak yang pulang dari sekolah dengan ekspresi murung sebaiknya direspon dengan memberikan perhatian khusus pada emosi yang dipancarkan dari bahasa tubuhnya,”Ketimbang memerintah dia untuk makan atau membereskan sepatu yang diletakkan asal-asalan, lebih baik beri sapaan semacam ‘capek ya, nak?’ atau ‘lagi sedih, ya?’..” Papar Maria Elvira, tandem Diah dalam pelatihan ini, sembari menuturkan bahwa membiarkan anak berusaha memulihkan perasaannya sebelum diajak berdialog akan jauh lebih efektif dalam membantunya memecahkan persoalan ketimbang langsung ditimbuni instruksi atau dihakimi secara dini tanpa tahu akar permasalahannya hanya karena orangtua ingin buru-buru membuat situasi ‘normal’ kembali.

Sifat ingin sesegera mungkin menangani sebuah urusan, sebagaimana dipaparkan dalam QS Al Isro : 11 yang terjemahannya berbunyi ‘…dan memang manusia bersifat tergesa-gesa’, memang merupakan bagian dari kodrat penciptaan manusia yang harus dikelola sebijak mungkin. Pada pola komunikasi pengasuhan anak, orangtua umumnya lupa pada satu fakta bahwa buah hati mereka sebagaimana manusia lainnya juga memiliki keinginan yang sama agar perasaannya didengar, dikenali, diterima, dimengerti, dan dihargai.

Pertama-tama, orangtua harus mendengar perasaan anak dengan mata dan hati, menerima kondisi psikis anak yang tengah berlangsung, dan kenali jenis perasaannya apakah anak sedih, cemas, atau tertekan agar dapat memberikan respon yang sebaik-baiknya. Saat anak mengetahui orangtua bias menerima perasaannya; maka dia akan merasa nyaman, bahwa dirinya berharga, emosi negatif akan berangsur hilang yang membuat anak bersedia melanjutkan pembicaraan karena orangtua sudah memahami perasaannya secara tepat. Kondisi sedemikian akan merangsang tumbuhnya hubungan baik dan respek (rasa hormat) pada orangtua.

Satu hal yang ditekankan oleh Elvira maupun Diah bahwa mengkondisikan suasana yang menyenangkan bagi anak sebelum berkomunikasi akan merangsang Sistem Limbik, bagian dalam otak yang berfungsi sebagai penyimpan perasaan, terbuka untuk menyerap informasi (masukan, nasehat) yang akan membuat organ otak menjadi lebih kuat. Sementara kondisi tak nyaman yang menempatkan anak di bawah tekanan akan memicu kerja batang otak yang lazim disebut Otak Reptil dan mendorong anak untuk bersikap agresif, seperti membangkang atau melawan pada orangtuanya.

[caption id="attachment_322425" align="aligncenter" width="491" caption="Metode pelatihan yang interaktif (dok RBP)"]

14098726251345822054
14098726251345822054
[/caption]

Pelatihan yang dibagi dalam tiga sesi ini menggunakan metode kegiatan interaktif, peserta ditempatkan sebagai ahli dalam permasalahannya masing-masing, momen diskusi, dan diharapkan setelah pelatihan selesai dilaksanakan pada Sabtu (6/9) mendatang akan terjalin persahabatan di antara para peserta baik dengan sesama peserta maupun dengan instruktur pelatihan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun