Mohon tunggu...
Rumah Belajar Persada
Rumah Belajar Persada Mohon Tunggu... -

Pokoknya dimana saja,kapan saja, dan bersama siapa saja; belajar itu sebaiknya jalan terus.... We Can Do It !\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Epilepsi Nintendo (Masih) Mengancam Para Gamers

19 Desember 2014   17:32 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:57 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1418959471875993518

Diah Karim, SE, MSi; saat menjadi pembicara pada seminar parenting Mendidik Anak Tangguh Di Era Layar yang diselenggarakan oleh Yayasan Pendidikan Rumah Belajar Tamansari Persada bekerjasama dengan Yayasan Kita & Buah Hati di Kampus RBP, Jatibening, Bekasi beberapa waktu (6/12) lalu mewanti-wanti para orangtua akan beberapa bahaya memainkan games komputer dalam jangka panjang terhadap kesehatan anak.

Para gamers yang betah berlama-lama dengan  permainan komputer sangat rawan terhadap repetitive strain injury (RSI), kerusakan mata, dan  epilepsi Nintendo. RSI adalah istilah umum medis untuk menggambarkan  nyeri atau rasa sakit pada otot , syaraf, maupun tendon ( bundel jaringan serat kolagen yang melekatkan otot ke tulang, -pen.). Ciri-cirinya meliputi rasa sakit/nyeri, mendadak kaku, kesemutan/mati rasa, dan kram/kejang; biasanya menyerang bagian atas tubuh seperti lengan, siku, pergelangan tangan, tangan, leher, serta bahu. Hal tersebut diakibatkan gerakan yang sama berulang-ulang atau akibat bekerja melebihi kapabilitas tubuh. Bila dibiarkan berlanjut tanpa penanganan optimal, maka bisa berujung pada cacat permanen.

[caption id="attachment_342012" align="aligncenter" width="560" caption="Dampingi anak saat bermain games komputer (dok. RBP)"][/caption]

Sementara itu kilatan-kilatan cahaya dan semburat warna-warni yang tajam jugaberpotensi merusak daya penglihatan anak. Menurut Diah, khusus sinar biru dalam tampilan layar yang memiliki kemampuan mencapai retina mata anak sebanyak 70-80% tanpa disadari karena memang tak terasa sama sekali tahu-tahu sudah merusak jaringan fotokimia mata lantas, bila dibiarkan, merusak retina dan akhirnya terjadi degenerasi makula.  Perlahan-lahan fokus penglihatan semakin kabur.

Epilepsi Nintendo, dampak negatif games lainnya, punya sejarah yang panjang dari mulai tahun 1997 saat CNN Tokyo edisi 17Desember 1997 memberitakan kepanikan warga saat ratusan anak harus dilarikan ke rumah sakit akibat kejang, muntah-muntah, iritasi mata, dan sejumlah gejala lainnya seusai menonton film animasi Pokemon di televisi. Sebuah adegan dalam film tersebut yang menampilkan ledakan bom vaksin untuk melenyapkan virus computer ditambah kilatan cahaya merah dari mata  ikon Pikachu diindikasikan sebagai pemicu terjadinya epilepsi fotosensitif  (gejala epilepsi yang dipicu oleh cahaya tertentu, -pen.). Selanjutnya ada rangkaian kisah tentang tuntutan hukum pada berbagai produsen games komputer seperti Nintendo, Sony, dan Microsoft  pada periode setelah tahun 2000-an.

Secara sederhana Diah menjelaskan bahwa kilatan cahaya dengan pola tertentu atau pancaran sinar merah yang sangat kuat telah membentuk sinyal-sinyal abnormal yang dikirim ke otak melalui retina mata dan akhirnya memicu timbulnya kejang-kejang pada anak.  Hasil penelitian Allom Barsam, konsultan ahli bedah  dari Luton & Dunstable University Hospital, menunjukkan bahwa layar gadget dalam jangka panjang dapat mempengaruhi  (kualitas) penglihatan anak.  Beberapa batasan dalam memberikan akses layar gadget pada anak adalah sebagai berikut :

-Anak balita sebaiknya tidak menatap layar gadget lebih dari 15 menit, sementara anak-anak usia 4-5 tahun tidak lebih dari setengah jam dan usia 6-7 tahun tidak lebih dari satu jam

-Terapkan aturan  20-20-20 (setelah 20 menit bermain dengan menatap layar gadget , alihkan pandangan selama 20 detik dengan memandang sejauh 20 kaki ke depan).

Bagaimanapun mencegah lebih daripada mengobati, perkenalkan kebiasaan sehat saat mengakses gadget pada buah hati anda sedini mungkin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun