Mohon tunggu...
Rumah Belajar Persada
Rumah Belajar Persada Mohon Tunggu... -

Pokoknya dimana saja,kapan saja, dan bersama siapa saja; belajar itu sebaiknya jalan terus.... We Can Do It !\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

63 Persen Remaja Di Indonesia Melakukan Seks Pra Nikah

28 Desember 2014   00:50 Diperbarui: 4 April 2017   17:38 30435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Liburan panjang akhir tahun biasanya merupakan momen bersenang-senang, namun para orangtua bisa sekaligus juga memanfaatkannya untuk meningkatkan kualitas komunikasi internal keluarga, khususnya dengan buah hati tercinta yang di era serba sibuk ini dituntut untuk survive dalam keseharian hidup di masa tumbuh-kembang mereka.

Salah satu alasan meningkatkan kepedulian untuk berkomunikasi dengan anak-anak usia sekolah tercermin pada grafik yang menggambarkan buramnya potret remaja Indonesia akibat dilumuri kasus-kasus beraroma pornografi dari mulai seks bebas, aborsi,  sampai  terpapar HIV/AIDS. Data itu bersumber dari survei yang dilakukan oleh Komite Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), dan Kementrian Kesehatan, (Kemenkes) pada Oktober 2013.

Grafik tersebut memaparkan bahwa sekitar 62,7% remaja di Indonesia telah melakukan hubungan seks di luar nikah .  20% dari 94.270  perempuan yang mengalami hamil di luar nikah juga berasal dari kelompok usia remaja dan  21%  diantaranya pernah melakukan aborsi.Lalu pada kasus terinfeksi HIV dalam rentang 3 bulan sebanyak 10.203 kasus, 30% penderitanya berusia remaja. Fenomena itu sebenarnya merupakan lanjutan dari begitu banyak kemudahan yang diterima anak-anak, bahkan yang berasal dari para orangtua mereka  sendiri, untuk mengakses konten-konten porno di medsos via gadget yang diperoleh pada usia terlalu dini tanpa dibekali aturan yang tepat dalam penggunaannya.

[caption id="attachment_343637" align="aligncenter" width="611" caption="Mari perbaiki kualitas pengasuhan anak (dok RBP)"][/caption]

Bagian depan otak manusia (pre frontal cortex) yang merupakan ‘tempat’ pembentukan moral maupun nilai-nilai kehidupan  dan bertanggungjawab untuk membangun fungsi organisasi (perencanaan masa depan), fungsi konsekuensi (pengaturan emosi agar mampu menunda pemuasan kebutuhan sampai saat yang tepat, pengontrolan diri agar mampu melangkah sesuai koridor yang benar, -pen.), dan kemampuan untuk pengambilan keputusan baru matang saat anak telah mencapai usia 25 tahun. Konten-konten porno yang diakses secara intensif sebelum usia 25 tahun akan merusak pre frontal cortex anak hingga dia berpotensi tumbuh menjadi pribadi yang  menghalalkan segala cara untuk meraih kepuasan secara instan.

‘Puas’ dalam versi kepribadian yang masih ‘mentah’ adalah merangsang pelepasan senyawa kimia dalam otak (hormon dopamine) yang memunculkan rasa senang, lega, dan sangat nyaman sejenis dengan kenikmatan orgasme.  Selanjutnya adalah lingkaran setan adiksi pornografi yang sangat sulit dipatahkan bila sudah terlanjur terbentuk dan masa depan Indonesia akan terancam dengan lahirnya generasi penjahat kelamin yang pada saat terpojok tak segan melakukan aksi-aksi kriminal untuk memuaskan nafsunya …naudzubillah.

Umumnya anak-anak pertama kali  mengakses konten porno karena ketidaksengajaan lantas merasa tidak nyaman dibarengi rasa penasaran yang alamiah muncul setelah melihat sesuatu yang baru. Saat hal tersebut berulang, maka secara perlahan proses adiksi pornografi pun terbentuk.  Diah Karim, SE, MSi, dalam seminar parenting bertema Mengasuh Anak Tangguh Di Era Layar yang diselenggarakan oleh Yayasan Pendidikan Rumah Belajar Tamansari Persada bekerjasama dengan Yayasan Kita&Buah Hati beberapa waktu (6/12) lalu  di kampus RBP, Jatibening, Bekasi; mengungkapkan bahwa ada beberapa langkah  preventif yang bisa ditempuh para orangtua untuk melindungi anak-anak mereka dari cengkraman  kecanduan pornografi.

Hal pertama yang paling mendasar adalah menanamkan moral default dalam sistem memori anak sejak dini sekali. Perkenalkan pada sosok Allah Swt yang merupakan Pencipta sekaligus Pemelihara alam semesta, termasuk manusia, yang untuk keselamatan dan kebahagiaan  makhlukNya telah memberikan panduan dalam menyikapi berbagai hal.  Tekankan bahwa anak-anak bisa saja menyembunyikan berbagai hal atau bahkan berbohong pada orangtua namun takkan bisa tersembunyi dari pandangan yang Maha Melihat. Filter dasar ini yang akan menjadi patokan yang tertanam dalam diri anak saat dia harus memutuskan, apakah sebuah konten/game/film boleh diakses atau tidak.

Selanjutnya ada 8 langkah primer yang wajib dijalankan orangtua untuk membentengi buah hati tercinta dari keburukan pornografi maupun hal-hal destruktif lainnya, yaitu :

1.Jangan terlalu fokus pada aspek akademis semata

2.Batasi penggunaan media IT, harus seimbang  eksplorasi motorik dan  otak

3.Berkomunikasi secara hangat, namun tetap menegakkan kedisiplinan

4.Perkuat kehadiran Allah Swt dalam diri anak, tekankan untuk memelihara kesucian diri sampai menikah

5.Rangsang kemampuan berpikir kritis pada anak

6.Perkenalkan pada konsep harga diri yang baik

7.Tanamkan kebiasaan mandiri dan bertanggungjawab pada anak

8.Perbanyak mendoakan kebaikan anak dan tanamkan hal yang sama pada anak.

Mencegah senantiasa lebih baik dari mengobati, sama-sama perlu kerja keras namun perbedaan hasilnya akan terlihat sangat signifikan. Semua orangtua pasti berharap agar buah hati mereka bertumbuh menjadi manusia-manusia baik yang bahagia dan pandai bersyukur sepanjang hayat. Jadi jangan pernah menyerah, yaa…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun