Mohon tunggu...
Dwi Lestari
Dwi Lestari Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - rumahatas

ada

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Ubah Pola Pikir, Ayo Diet Plastik!

4 Maret 2022   21:05 Diperbarui: 4 Maret 2022   21:12 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sudah tidak menjadi hal biasa lagi bagi masyarakat terhadap masalah sampah plastik yang mencemari lingkungan sekitar. Ketergantungan manusia pada konsumsi plastik selalu meningkat setiap tahun. Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) total sampah di Indonesia pada tahun 2021 mencapai 68,5 juta ton. Dari jumlah sampah itu, sebanyak 17 persen atau sekitar 11,6 juta ton disumbang oleh sampah plastik.

Seperti yang kita ketahui sampah plastik sangat sulit untuk diuraikan. Butuh waktu sekitar 500 hingga 1000 tahun agar terurai secara alami. Melihat masalah tersebut masih banyak orang yang menganggap sepele dan sepenuhnya mengandalkan plastik sebagai bungkus makanan atau kantong belanja. Hal ini dikarenakan plastik lebih mudah didapat dan harganya yang terjangkau. Padahal dampak yang ditimbulkan dari penggunaan plastik secara berlebihan dapat berakibat pada lingkungan dan perubahan iklim.

Bayangkan jika plastik yang digunakan adalah plastik sekali pakai, maka setelah digunakan pasti akan langsung terbuang bukan? Sampah plastik yang dibuang sembarangan dapat berpotensi untuk merusak dan mencemari lingkungan. Seharusnya ada tindakan preventif dari masyarakat untuk mendaur ulang sampah plastik. Kampanye pengelolaan sampah 3R sudah ada sejak dahulu yang kita kenal dengan Reduce, Reuse, dan Recycle. Akan tetapi, apakah kampanye tersebut dapat diterapkan secara teratur oleh masyarakat?

Ada beberapa kota di Indonesia yang sudah menerapkan pengelolaan sampah dengan baik melalui program 3R. Salah satu kota yang dinilai menjadi kota terbaik di Indonesia dalam pengelolaan sampah adalah Banda Aceh. Pada tahun 2020 lalu, kota tersebut memiliki presentasi tertinggi dalam mengelola sampah, yakni 95%. Hal tersebut dapat dijadikan acuan oleh kota-kota lain mengelola sampah dengan lebih baik.

"Siapa yang menanam, dialah yang akan menuai" istilah tersebut tidak asing lagi di telinga kita. Apa yang akan kita lakukan itulah yang akan kita tuai dalam kehidupan kita. Begitu pula dengan sikap kita terhadap lingkungan. Jika kita mau untuk menjaga lingkungan dari sampah plastik, maka kita juga yang akan menerima feedback baiknya. Sampah yang menumpuk tentunya akan mengganggu masyarakat sekitar karena bau menyengat yang ditimbulkan. Hal ini membuktikan bahwa sampah plastik merupakan salah satu dari faktor pencemaran udara.

Tumpukan sampah yang ada di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) terdiri atas berbagai jenis sampah mulai dari sampah organik dan anorganik. Apabila sampah tidak dipilah dengan baik, maka sampah akan tercampur dan menghasilkan gas metana ketika terjadi penguapan. Akibatnya dapat memicu efek rumah kaca sebagai penyebab terjadinya pemanasan global (Global Warming). Gas metana akan merusak lapisan ozon bumi karena termasuk  dalam gas-gas rumah kaca yang dapat mengakibatkan perubahan iklim. Hal ini dikarenakan adanya perubahan temperatur bumi yang semakin tinggi.

 Seperti yang disebutkan tadi bahwa plastik sekali pakai akan terbuang begitu saja setelah digunakan. Hal tersebut tidak menutup kemungkinan bahwa manusia akan melakukan aktivitas pembakaran sampah plastik. Jika dilakukan secara terus-menerus maka pembakaran sampah dapat menghasilkan CO2 dan gas-gas berbahaya lainnya. Sangat berbahaya ketika pembakaran sampah dilakukan secara berlebih karena salah satu gas yang dihasilkan termasuk ke dalam gas rumah kaca. Pembakaran tersebut dilakukan karena menurut sebagian besar masyarakat sampah plastik akan lebih cepat musnah. Tanpa mereka sadari hal tersebut dapat memicu pemanasan global. Lagi dan lagi, masalah sampah plastik menimbulkan dampak yang begitu besar terhadap lingkungan hidup.

Sebagai manusia kita memiliki peranan yang besar dalam melindungi alam kita. Boleh saja kita menggunakan plastik untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Namun, perlu diingat bahwa semua itu harus diseimbangkan dengan daur ulang sampah sebagai upaya untuk mengurangi polusi plastik. Dari sini kita juga harus bijak dalam menggunakan plastik dan jangan sampai lalai dalam mengelola sampahnya. Ingat, bahwa lingkungan yang aman akan menimbulkan perasaan nyaman bagi diri kita sendiri dan orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun