Sepanjang jalan mata melotot kaku
Ku lihat tanah lapang
Kini tumbuh gedung-gedung pencakar langit
Ditepi jalan anak kecil menangis terisak-isak
Perut mengerut kedalam
Kerempeng tinggal tulang belulang
Disana nun jauh diatas langit harapannya tergantung
Seperti tiang bendera, tinggi tak tergapai
Langit mendung berkumpul awan-awan hitam
Menandakan hujan segera turun
Tapi tak ada lagi pohon yang tumbuh
Nafas tersesak abu asap menggelembung ke udara
Corong-corong asap pabrik
Bak badut sedang pawai ramainya
Rumah kumuh dulu kini tersapu rata
Dilindas mesin-mesin modern
Tak mampu bersaing dengan gedung menculang tinggi
Ke atas langit
Semakin jauh kaki membawaku pergi
Semakin banyak tontonan kaum miskin
Tertidur dilorong gang
Dibawah jembatan
Didepan ruko cukong
Kasihan aku pikir dalam hati
Dimana pelayan Negara?
Seharusnya memperbaiki kesenjangan social
Tapi malah asik duduk menikmati ruangan AC
Sambil menggurutu pendapatan yang semakin lemah
Aku tak kuat lagi jalan
Aku ingin berhenti
Namun hati kecil berkehendak lain
Dan berbisik
Teruslah berjalan dan saksikan orang-orang
Supaya kamu tidak seperti mereka
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H