Mohon tunggu...
Rullysyah
Rullysyah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Belajar dan Berbagi

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kompasiana Tempat Saya Belajar

23 Desember 2011   23:59 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:50 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Seorang kawan bertanya, Ada apa sih di Kompasiana?Kenapa seneng banget nulis disitu? Bukannya disitu nggak ada duitnya ? Berondongan pertanyaan itu sempat membuatku terhenyak. Dan cukup lama berpikir untuk menjawabnya.Akhirnya saya menjawab, Kompasiana itu seperti Nano-nano. Ada bemacam-macam Rasa ada disana.

“Wah mirip permen dong?” dan kujawab,”Maybe Yes, Maybe No” Hallah sok banget yaa.? :D

Sebenarnya untuk menjawab pertanyaan kawan tersebut saya membutuhkan jawabanyang cukup panjang. Mungkin sedikit bisa dijabarkan seperti di bawah ini :


  1. Merasa Nyaman.Hal ini terasa ketika saya sedang menulis dan mempublish sebuah tulisan. Dengan membuat suatu tulisan yang merupakan ide sendiri, bagaimana menuangkan ide tersebut dan mencari kata-kata untuk merangkainya membuat terasa nyaman. Kemudian setelah mempublishnya dan menunggu beberapa waktu, terlihat ada mereka yang membaca tulisan itu entah berapa banyaknya, hal itu sudah membuat kepuasan tersendiri yang mungkin tidak bisa dibandingkan dengan uang.
  2. Wahana Pustaka. Sebagai seseorang yang mempunyai hobi membaca, Kompasiana adalah gudangnya tulisan baru. Kalau mau memilah-milah, ada banyak tulisan orisinil yang bermanfaat dan menarik untuk dibaca. Bisa dibilang semacam Perpustakaan Gratis. Meskipun demikian disisi lain banyak juga Artikel-artikel sampah. Maaf membuat anda tidak nyaman tapi hanya ingin jujur saja bahwa ada begitu banyak artikel yang bisa dikatakan tidak berguna. (mungkin beberapa tulisan dari saya juga boleh dibilang tulisan yang tidak berguna.. hehe..). Tapi itu lumrah karena di perputaskaan umum manapun juga tidak semua buku/tulisan ingin kita baca.
  3. Komunitas Media. Di Kompasiana ini saya bisa menyalurkan cita-cita yang tidak kesampaian. Karena dulu terlalu banyak cita-cita akhirnya tidak ada yang sampai. Salah satu cita-cita saya adalah menjadi wartawan. Rasanya keren kalau menjadi Wartawan. (ups malah curhat). Disebut sebagai Komunitas Media tentu Kompasiana adalah tempat orang-orang yang berkaitan dengan media berkumpul. Hal itu tentu saja bisa dijadikan sarana untuk mencari teman yang sama-sama menyukai hobi membaca dan menulis. Ada harapan untuk bisa saling mencerahkan.

Mungkin itu3 point diatas yang dianggap paling untuk diutarakan meskipun disisi lain ada juga hal-hal lain dari Kompasiana yang bisa jadi dianggap merepresentasikanhal-hal :


  • Popularitas. Ini sebenarnya hal yang relative. Untuk saya pribadi, setelah efektif 6 bulan berkecimpung di Kompasiana (3 bulan di th 2009 dan 3 bulan di akhir 2011) mempunyai penilaian bahwa Kompasiana bukanlah tempat yang tepat untuk mencari Popularitas. Mungkin rekan-rekan lain berbeda pendapat. Tapi menurut saya, bila digunakan untuk mengejar Popularitas biasanya bertendensi menimbulkan persaingan. Persaingan terkadang menjadi tidak sehat sehingga menimbulkan efek-efek negative seperti perselisihan dan perdebatan, bahkan timbul blok-blok antara satu dan lainnya.. Sangat jauh bertolak belakang dari 3 hal diatas. Sebenarnya untuk berbicara Popularitas ada faktor Kualitas dan Fertilitas disana. (Ingin juga sih membuat tulisan tentang itu..fertilitas??).
  • Pemanfaatan Yang Menyimpang. Kompasiana mengalami perubahan. Pada tahun 2009 zaman baru berdirinya Kompasiana, zamannya Kang Pepih. Ada kesan tersendiri dengan pak Boss ini. Waktu itu ada istilah Rumah Sehat Kompasiana. Tapi sekarang rasanya tidak ada lagi. Yang jelas istilah yang ada bukan Rumah Sakit Kompasiana tapi entah yang lain. Saya pribadi juga beberapa kali membuat Kompasiana sebagai ajang eksperimen untuk membuat suatu tulisan (Ngaku sendiri nih). Mungkin bisa dibilang ikut mengacau tapi rasanya hanya sedikit mengacau dan masih dalam kategori sopan. Dan rekan-rekan lainnya tentu ada juga yang ikut mengacau dan mungkin ada yang lebih ekstrim.Yang jelas ini seharusnya tidak terjadi.
  • Komunikasi Buntu. Ada suatu penilaian dari saya pribadi melihatnya banyaknya protes dari Kompasianer ke Admin tetapi sepertinya kurang terakomodasi. Entah siapa yang salah tapi yang pasti ada aturan dari Admin yang belum tersosialisasikan ke Kompasianer yang baru bergabung. Dan sebaiknya ada tranparansi dari admin tentang identitas Admin maupun perlakuan khusus terhadap 1 atau 2 orang Kompasianer. Sepengamatan saya, selama ini banyak Kompasianer menebak-nebak kebijaksanan Admin. (termasuk saya kadang-kadang :D).

Tetapi bagaimanapun juga saya tetap merasa beruntung telah hadir di Kompasiana. Dan seperti kata beberapa Kompasianer,Kompasiana bisa menjadi tempat monumental bagi penulis-penulis amatir. Amatir disini tidak berarti kalah kualitas dengan penulis Profesional. Mungkin Cuma kalah nasib saja.

Dan seperti judul diatas, Kompasiana adalah tempat saya belajar menulis, belajar mencari teman, belajar menerima kritik, belajar menerima perbedaan, belajar menerima ketidak-adilan, belajar dari pengalaman orang lain dan belajar apa saja yang bernilai positif.

Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun