Mohon tunggu...
Rullysyah
Rullysyah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Belajar dan Berbagi

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ini Penyebab PDIP Kalah Voting Pemilihan Ketua MPR

8 Oktober 2014   14:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:55 3468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Berbekal pengalaman pada saat Paripurna DPR untuk Pemilihan Ketua DPR pada tanggal 1 Oktober yang lalu, sebenarnya kubu PDIP atau Koalisi Indonesia Hebat memang sudah merasa akan sangat sulit untuk bersaing dengan Koalisi Merah Putih dalam perebutan kursi Ketua MPR.

Koalisi Merah Putih pada 1 Oktober lalu didukung oleh 6 Partai yaituGolkar (91 kursi), Gerindra (73 Kursi), Demokrat (61 Kursi), PAN (48 Kursi), PKS (40 kursi) dan PPP (39 Kursi). Total kekuatan KMP pada 1 Oktober lalu sebanyak 352 Kursi. SementaraKoalisi PDIP : PDIP (109 Kursi), PKB (47 Kursi), Nasdem (36 Kursi) dan Hanura (16 Kursi) hanya berjumlah 208 Kursi. Sangat tidak berimbang.

Dan untuk Pemilihan Ketua MPR kemarin, menurut UU MD3 yang baru Ketua MPR dipilih dengan sistim paket dan harus dicalonkan oleh 4 Fraksi DPR ditambah 1 Fraksi DPD. UU MD3 ini juga sudah/sedang digugat oleh PDIP akan tetapi MK belum memberi Keputusan ataupun Keputusan Selasehingga UU ini tetap diberlakukan.

Diatas kertas, meskipun diasumsikan anggota DPD yang berjumlah 132 orang itu bergabung dengan koalisi PDIP maka jumlahnya hanya 340 orang. Bila dibandingkan KMP yang solid yang berjumlah 352 orang maka sudah jelas Koalisi PDIP ditambah DPD tetap kalah.

Oleh sebab itu PDIP sempat ingin bermusyawarah dengan KMP agar pemilihan Ketua MPR dapat dilakukan dengan musyawarah yang menghasilkan mufakat namun kelihatannya KMP menolaknya dan ingin menyelesaikannya dengan sistim Voting. (KMP sejak awal sudah merasa diatas angin).

MANUVER PPP MEMBAWA PERUBAHAN PETA KEKUATAN

Perkembangan terbaru kemudian ada masalah di KMP dimana hanya bisa 4 orang dari 6 Fraksi yang diusulkan menjadi Pimpinan MPR. Dan KMP sudah mengaturnya untuk 4 wakil dari Demokrat, Golkar, PAN dan PKS. Gerindra sendiri tidak mengusulkan wakil Fraksinya dan untuk PPP diminta KMP untuk mengalah juga.

Hal ini memancing kemarahan PPP dimana sebelumnya pada Pemilihan Ketua DPR dengan 5 wakil Fraksi, PPP tidak diberi kesempatan mengusung wakilnya. Kemudian dengan Pemilihan Ketua MPR pun, PPP tidak diberi kesempatan untuk mengusung salah satu wakilnya.

PPP mengancam akan berpindah ke lain hati gara-gara hal ini. Dan bila dilakukan maka ini akan membuat peta kekuatan koalisipun menjadi berubah. Terjadilah Tarik Ulur antara PPP dan KMP.

Kemarin pagi PPP sudah mengultimatum KMP hingga jam 16.00 sore agar KMP mau merubah formasi calon pimpinan MPR tetapi ternyata oleh KMP tidak juga difasilitasi hingga akhirnya para Elit PPP menghubungi Koalisi PDIP untuk menjajaki kemungkinan untuk bergabung.

Akhirnya terjadi pertemuan antara Koalisi PDIP dengan PPP di ruangan PPP di gedung DPR. Pada saat yang bersamaan Suryadharma Ali tiba-tiba datang dan mengabarkan bahwa KMP bersedia merubah formasinya. Sayangnya elit PPP sudah mengundang PDIP dan akan menanda-tangani Kontrak Politik untuk saling mendukung di pemilihan Ketua MPR.

Akhirnya Suryadharma Ali setuju dan menyatakan kepada Media bahwa PPP berkoalisi dengan PDIP dengan catatan Hanya (berkoalisi) pada Pemilihan Ketua MPR saja. Diluar dari hal tersebut PPP masih berada di Koalisi Merah Putih!

Pernyataan ini cukup mengejutkan karena selama ini Suryadharma Ali selalu dan selalu tidak mau berkompromi dengan kubu PDIP. Entah ini karena terdesak dengan kondisinya ataukah ada itikad tersembunyi lainnya.

DINAMIKA DPD DAN PENGARUHNYA.

Seperti disebut diatas, sejak awal kubu Koalisi PDIP sudah merasa sulit untuk mengalahkan KMP. Oleh sebab itu PDIP mendekati DPD dan menawarkan Calon Kursi Ketua MPR dijabat anggota DPD, sementara wakil-wakilnya berasal dari PDIP, PKB, Hanura dan Nasdem.

Dari kubu DPD pun langsung menyambutnya. Tetapi dari 132 orang tersebut harus mengirimkan nama Calon-calon yang diusung ke Ketua MPR sementara sehingga para anggota DPD harus bermusyawarah untuk memilih siapa calon yang akan diusung menjadi Ketua MPR.

Kemudian setelah anggota DPD bermusyawarah, dipilihlah Osman Sapta Odang menjadi Calon Tunggal Ketua MPR dari DPD. Tetapi menurut kabar di media Pemilihan Calon Ketua MPR ini juga mengalamipertentangan di internal DPD yang ada.Diberitakan di media bahwa Osman Sapta Odang hanya disetujui menjadi calon Ketua MPR oleh (hanya) 67 orang anggota DPD dari total 132 orang.

Anggota DPD adalah anggota Dewan Daerah atau bisa juga disebut Senator. Mereka masing-masing berdiri sendiri mewakili daerahnya dan tidak tergantung oleh partai-partai politik yang ada. Hal ini membuat DPD sulit disebut sebagai Fraksi. Terlalu kecil kemungkinannya kalau seluruh anggota DPD bisa satu suara dalam sebuah Voting.

PERHITUNGAN/ SPEKULASI PDIP TERLALU BERESIKO

Berbeda dengan Pemilihan Ketua DPR yang lalu dimana koalisi PDIP tidak berani mengusung Calon Pimpinan DPR karena hanya memiliki kekuatan 208 Kursi sementara KMP memiliki kekuatan 352 kursi, tadi malam yang terjadi di Paripurna MPR PDIP berani mengusung calon-calon Pimpinan MPR dengan Calon Ketua adalah Osman Sapta Odang dari DPD.

Diatas kertas kalau suara Koalisi PDIP sejumlah 208 Kursi ditambah 39 Kursi dari PPP dan ditambah lagi 132 kursi dari DPD maka total jumlahnya 379 Kursi, sementara KMP tanpa PPP suara yang dimiliki masih sejumlah 313 Kursi. Bila memang hanya dihitung diatas kertas, sepertinya Koalisi PDIP akan menang!

Tetapi jangan lupa bahwa :

1.Tidak semua anggota DPD yang berjumlah 132 orang tersebut “Menyukai” Osman Sapta Odang. Anggota DPD hadir sebagai anggota MPR adalah untuk mewakili daerahnya. Dan bukan untuk membela PDIP ataupun KMP.

2.PPP dengan 39 Kursi yang dimilikinya juga belum tentu mengerahkan semua anggotanya untuk memilih Koalisi PDIP dan DPD. Ini sangat dimungkinkan karena Voting dilakukan secara Tertutup dimana Suryadharma Ali yang sangat cinta pada Prabowo juga sangat berpengaruh ke Fraksi PPP.

Dan akhirnya kita ketahui bersama-sama bahwa hasil Voting Paripurna MPR semalam dimenangkan oleh KMP dengan 347 Suara sementara Koalisi PDIP hanya memperoleh 330 Suara. Total suara yang melaksanakan Voting 677 suara dari total seharusnya 692 Suara.

Inilah kehebatan KMP yang mampu mempengaruhi sebagian anggota DPD atau juga sebagian anggota PPP untuk tidak memilih Calon Ketua MPR dari koalisi PDIP dan DPD. Tetapi kemungkinan besarnya adalah separuh anggota DPD memang kurang menyukai Osman Sapta Odang.

Dari total kekuatan KMP tanpa PPP yang berjumlah 313 Kursi, KMP sepertinya sudah melakukan lobi-lobi kepada sekitar 65 orang anggota DPD dan akhirnya KMP mampu memenangkan Voting Pemilihan Ketua MPR.

CATATAN PINGGIR

Melihat Solidnya kubu KMP semalam bisa dikatakan untuk Gerindra, PAN, PKS dan Golkar memang sudah tidak diragukan lagi bahwa partai-partai itu akan penuh mengerahkan suaranya untuk mendukung siapa yang menjadi calon dari KMP.

Yang menarik pada peristiwa semalam adalah Bersedianya Demokrat untuk mengerahkan seluruh kekuatannya untuk ikut Voting. Sebelumnya KMP sudah berkali-kali menyatakan bahwa Calon Ketua MPR yang akan diusung oleh KMP akan berasal dari Demokrat. Dan nama yang sudah disebut adalah Nurhayati Assegaf.

Tapi ternyata pada saat Paripurna semalam, Calon ketua MPR dari KMP diganti dengan Zulkifli Hasan dari PAN. Meskipun bukan dari Demokrat ternyata Zulkifli Hasan didukung penuh oleh seluruh kekuatan Demokrat. Aneh bukan?

Tapi sebenarnya tidak aneh kalau kita menengok sekilas kebelakang. Bahwa selama seminggu terakhir sudah tersebar berita dan diyakini oleh banyak lapisan masyarakat bahwa SBY dan Demokrat memang telah melakukan Sandiwara Politik pada tanggal 26 September lalu. SBY dan Demokrat mendukung KMP untuk meloloskan Pilkada Tak Langsung dengan target kader Demokrat akan menjadi Ketua MPR yang didukung oleh KMP.

Begitu juga dengan Pemilihan Ketua DPR lalu bahwa partai Demokrat mendukung KMP untuk menguasai DPR akan tetapi sebagai balasannya KMP harus mendukung SBY mengeluarkan Perppu demi menyelamatkan nama SBY dimata masyarakat luas.

Hal itulah yang menyebabkan mengapa Demokrat begitu setia kepada KMP meskipun KMP tidak memberinya jabatan Ketua MPR. Mungkin juga sengaja dibuat seperti itu agar bisa terhindar dari Tuduhan Masyarakat bahwa Nurhayati Assegaf dijanjikan untuk menjadi Ketua MPR menjadi tidak terbukti.

Selamat buat Zulkifli Hasan yang telah menjadi Ketua MPR 2014-2019. Semoga mampu bertugas dengan segala kemampuannya dan sesuai dengan hati nuraninya.

Salam Kompasiana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun