Mohon tunggu...
Rullysyah
Rullysyah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Belajar dan Berbagi

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Berobat Gigi di RS Swasta Ditagih Rp 9 Juta

24 April 2015   05:28 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:44 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1429840764726989914

[caption id="attachment_412287" align="aligncenter" width="600" caption="Ilustrasi/Kompas.com"][/caption]

Sudah menjadi rahasia umum di berbagai kalangan apalagi di kalangan pengusaha bahwa Bisnis Yang Paling Menguntungkan , Paling Tumbuh Subur dan Nggak Ada Matinya adalah Bisnis Rumah Sakit Swasta.

Begitu banyak muncul Rumah Sakit Swasta dalam waktu 10 tahun terakhir ini. RS-RS Swasta tersebut tampil begitu bersih, begitu lega, nyaman dan kadang juga terasa mewah layaknya hotel-hotel berbintang tiga. Rupanya pemilik RS-RS tersebut begitu yakin modal yang ditanamkannya pada sektor bisnis ini sangat menjanjikan.

Di sisi lain begitu banyak kalangan masyarakat baik pasien, mantan pasien maupun keluarga pasien yang mengeluhkan begitu mahalnya berobat di Rumah Sakit Swasta, apalagi untuk Rumah Sakit yang sudah tenar namanya.

Kabar terakhir dari media, seorang Pasien di RS MMC Jakarta Selatan mengeluhkan mahalnya tagihan yang diterima olehnya setelah dirinya berobat Sakit Gigi. Pasien bernama Abigael Anggita Vela pun mengeluarkan uneg-unegnya di Laman Facebook miliknya.

Bagaimana tidak kaget bila Tindakan Medis yaitu Menambal Gigi yang sakit yang bila dilakukan di Puskesmas hanya menghabiskan biaya paling banyak sekitar Rp 50.000, di RS MMC ini Anggita ditagih Biaya Mencapai Rp 9 Juta.

Kejadian tersebut terjadi pada Hari Senin tanggal 20 April 2015. Anggita yang bekerja di kawasan Kuningan ingin menghemat waktu dan memutuskan berobat sakit gigi ke RS MMC yang lokasinya di seberang tempatnya bekerja.

Setelah 45 Menit ditangani Drg Inggrid Tadiardi pengobatan Gigi Anggita pun selesai. Asisten Dr Inggrid langsung menyerahkan sebuah tagihan yang begitu dibuka di depan loket pembayaran tertulis tindakan medis Rp 2 Juta dan Biaya lainnya Rp 7 Juta sehingga Totalnya Rp 9 Juta.

Anggita langsung meminta petugas kasir menjelaskan hal tersebut tetapi petugas Kasir memintanya menanyakan langsung ke Dokter yang menanganinya. Akhirnya Anggita kembali menemui asisten Dr Inggrid dan selanjutnya Dr Inggrid mendiskon biaya sehingga menjadi Rp 8 Juta.

Anggita masih tidak percaya biaya Tambal Giginya semahal itu dan memprotes kembali. Akhirnya Pihak Humas RS turun tangan dan minta maaf padanya. Dan Anggita “Hanya” harus membayar Tambal Giginya melalui Polis Asuransinya menjadi sebesar Rp 4 Juta.

Dan akhirnya pada laman Facebook miliknya Anggita mengeluarkan semua uneg-unegnya dengan kejadian tersebut. Dugaan Anggita penyebab biaya berobatnya mahal karena Dr Inggrid melihat Polis Asuransi Lipo yang dipegang Anggita sehingga begitu yakin Pihak Asuransi pasti akan membayar berapapun besarnya Tagihan Pengobatan sang pemegang Polis. Platform Form Asuransi Anggita memang mencapai Rp 50 Juta. Mungkin ini yang dimanfaatkan oleh Dokter yang menanganinya dan mungkin juga pihak RS tentunya.

Mengapa Bisnis Rumah Sakit Swasta Sangat Menggiurkan?

Sudah menjadi fakta bahwa Rumah Sakit Swasta yang akhir-akhir ini bermunculan tampil dengan Elegan dan sangat nyaman untuk dikunjungi. Dan sebagian dari Rumah Sakit-Rumah Sakit tersebut begitu cepat meluaskan (memperbesar) bangunan maupun lahannya. Sebagian lagi dalam waktu pendek sudah membangun cabang-cabangnya di daerah lain. Semua itu menjadi bukti bahwa Bisnis Rumah Sakit adalah Bisnis yang sangat menguntungkan.

Faktor utama yang mengkondisikan Bisnis Rumah Sakit menjadi sangat menguntungkan antara lain adalah :

1.Rumah Sakit milik Pemerintah sangat terbatas jumlahnya. Selain jumlah yang terbatas, fasilitas yang dimiliki sangat minim begitu juga dengan tingkat kenyamanan pasien dan keluarga pasien juga sangat standar.

2.Harga Obat adalah Harga Gelap. Tidak ada standar baku untuk harga obat, apalagi obat-obat yang berasal dari Luar negeri.

3.Jasa Tindakan Medis juga tidak ada standar harganya. Entah apakah Dokter Terkenal dengan Dokter tidak terkenal boleh jauh berbeda tarifnya. Entah apakah Dokter Lulusan Luar Negeri dengan Dokter Lulusan Dalam Negeri harus berbeda tarifnya dan sebagainya dan sebagainya.

4.Biaya pemakaian Fasilitas RS juga tidak memiliki Standar Harga. Apakah Biaya jasa pemakaian Laboratorium Standar dengan Laboratorium Teknologi terbaru memang harus punya disparitas harga tinggi? Apakah Meja Operasi dengan Meja Operasi lainnya juga harus berbeda tariff pemakaiannya?

5.Tidak ada acuan standar untuk urgensi penanganan medis yang berujung pada membengkaknya biaya pengobatan. Tidak ada standar apakah sebuah penyakit harus diobati dengan cara dioperasi ataukah cukup dengan berobat jalan (minum obat) atau tindakan lain yang tidak harus mengeluarkan banyak biaya. Psikologis Pasien memang umumnya pasrah sehingga apapun yang Dokter katakana untuk dilakukannya demi kesembuhannya akan diturutinya tanpa bisa membantahnya.

6.Tumbuh Suburnya Perusahaan-perusahaan Asuransi Kesehatan. Perusahaan-perusahaan asuransi jenis ini memang mampu menjaring konsumen di kalangan corporate hingga kalangan lainnya. Mereka juga sangat baik dalam menangani klaim pembayaran dari kliennya maupun penyedia jasa Kesehatan.

7.Psikologi beberapa Pasien yang memang mampu membayar tinggi/ dibayari oleh Asuransi memang sepertinya membutuhkan Kenyamanan dalam Berobat. Pasien dan keluarga pasien tersebut membutuhkan hal-hal yang lebih dari sekedar pengobatannya.

8.Belum ada Komisi Pengawas Rumah Sakit yang benar-benar mampu melindungi Pasien dari tindakan Rumah Sakit yang berpotensi merugikan pasien secara financial.

Sehingga akhirnya Kedelapan faktor tersebut memang kemudian menjadikan jaminan bahwa Bisnis Rumah Sakit Swasta memang Investasi yang amat sangat menguntungkan.

Cerita Seram Dari Rumah Sakit di India.

Bila diatas dipaparkan bahwa di Indonesia sejumlah Pasien dan Keluarga Pasien mengeluh tentang Mahalnya biaya berobat di RS Swasta maka yang terjadi di India berdasarkan Testimoni sejumlah Dokter disana keadaannya jauh lebih mengerikan. Diindikasikan sejumlah Rumah Sakit Swasta memang sengaja “Merampok” Harta Pasien dan Keluarganya.

Tahun lalu sebanyak 78 dokter di India, separuhnya telah membuka identitas jati dirinya membeberkan kesaksian tentang keserakahan dan korupsi yang tampaknya telah menjadi endemik dalam profesi kedokteran di India. Mereka melaporkan ke LSM SATHI (Support for Advocacy and Training to Health Initiatives) tentang “Perampokan” Sistematis yang dilakukan sejumlah Rumah Sakit di sana terhadap para Pasiennya.

Begitu banyak Tindakan Medis yang sebenarnya tidak diperlukan pasien tetapi dipaksa oleh Dokter dan Rumah Sakit untuk melakukannya. Contohnya seperti Sakit Bahu yang sebenarnya hanya butuh berolah-raga tetapi diminta untuk menjalani Operasi Jantung. Contoh lain seperti Pasien yang kecelakaan Lalu Lintas Ringan tanpa gejala Gegar Otak dipaksa harus menjalani Pemeriksaan CT-Scan dan lain-lainnya.

Sejumlah dokter yang melakukan testimony tersebut juga menceritakan beberapa dari mereka sering diancam pihak Rumah Sakit bila Standar Komisi yang ditentukan pihak Rumah Sakit tidak tercapai. Standar Komisi ini menyangkut Omset Pemasukan Rumah Sakit sehingga Dokter yang tidak mencapai Standar Komisi tersebut diancam untuk dikeluarkan dari Rumah Sakit.

Koordinator SATHI, Abhay Shukla yang juga seorang dokter, mengatakan laporan 78 Dokter itu menjadi sangat penting karena hal itu adalah masalah yang dialami India bertahun-tahun lamanya. Dr Abhay Shukla sangat bersyukur bahwa sejumlah Dokter sudah menyadari betapa krisisnya Korupsi yang sedang melanda dunia kedokteran disana.

Laporan LSM SATHI itu juga senada dengan penelitian sebuah Lembaga Konsultasi Medis di Mumbai dengan nama MediAngels yang melaporkan bahwa pada bulan sebelumnya hampir 44 persen dari 12.500 pasien yang telah disarankan untuk menjalani operasi pemasangan stent, operasi lutut, kanker, dan infertilitas, justru dianjurkan agar tidak melakukan saran itu oleh Konsultan tersebut.

Tetapi syukurlah akhirnya laporan-laporan tersebut secara perlahan-lahan membuat Dunia Kedokteran India lebih membaik. Bulan Juni tahun lalu, ahli jantung senior di rumah sakit top pemerintah  meluncurkan sebuah organisasi bernama Society for Less Investigative Medicine. Organisasi itu menentang pemeriksaan yang seharusnya tidak perlu. Mereka berharap bahwa disiplin medis yang lain bisa mengikuti langkah tersebut.

Demikian.

Sumber  1

Sumber 2

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun