Saya cukup terkejut pada hari Valentine kemarin (tanggal 14 Februari) ketika ada berita yang isinya  Wakil Ketua TKN-Jokowi , Jendral Moeldoko menyatakan sudah memulai "Perang Total" dalam Pilpres 2019 ini. Beliau mengatakan  tim nya sudah menentukan Center of Gravity pertempuran Pilpres 2019.
Diksi Perang Total dari Moeldoko ini  tidak nyaman buat hati kecil saya seperti halnya diksi Perang Badar yang disebut  Amien Rais. Sejatinya Pilpres itu Pesta Demokrasi  Terbesar negeri tercinta ini, dan sama sekali bukan Perang Hebat maupun Perang Saudara.Â
Jadi narasi yang ideal menurut saya seharusnya kurang lebih seperti: Kami sudah siap memenangkan Jokowi.  Perjuangan akan habis-habisan untuk memenangkan Jokowi , akan  mengerahkan  tim akar rumput untuk mensosialisasikan  visi dan misi Capres dan lain-lain sebagainya.  Kurang lebih yang seperti itu yang lebih terkesan menghadapi Pesta Demokrasi , bukan menghadapi Peperangan Perebutan  Kekuasaan.
Memang benar. Dalam realitanya dibalik gaung megahnya  Pesta Demokrasi sebenarnya,  di belakangnya  ada pihak-pihak yang  memiliki tujuan tertentu maupun ambisi besar  untuk menangguk keuntungan sebesar-besarnya bila jagoannya menang dan berhasil menjadi Presiden . Â
Pihak-pihak tersebut antara lain para elit partai , para penyandang dana dan lainnya.  Elit partai tentu menginginkan Kursi Menteri dan jatah Komisaris BUMN/BUMD dan kekuasaan lainnya.  Penyandang Dana tentu menginginkan  Akses besar untuk mendapatkan Proyek-proyek  pemerintah dan akses untuk mendapatkan izin pengelolaan sumber daya alam negeri yang kaya raya ini dan lainya.
Realitanya memang demikian
Semua orang yang sudah matang pemikirannya pasti tahu persis bahwa Pilpres bukan sekedar pesta demokrasi  ataupun  pertarungan antar masing-masing Capres.  Pilpres itu perebutaan kekuasan dari  masing-masing kubu yang berada di belakang Capres yang ada.
Saya akan membahas hal ini di lain artikel dimana ingin sekali saya menjelaskan kepada public yang belum paham bahwa  Pilpres 2019 ini bukanlah pertarungan antara  Jokowi dengan Prabowo.  Pilpres 2019 adalah pertarungan antara mereka yang berada di belakang Jokowi dan mereka yang berada di belakang  Prabowo.  Merekalah yang akan menangguk keuntungan bila jagoan mereka berhasil menjadi Presiden selama 5 tahun.
Kembali lagi ke Diksi Perang Total ataupun Perang Badar, saya menyayangkan saja kalau ada elit dari masing-masing kubu secara terang-terangan mengatakan akan perang di Pilpres 2019. Mereka harus ingat bahwa Sejatinya Pemilu  Presiden adalah Pesta Demokrasi terbesar negeri ini.
Silahkan saja punya niat tertentu di balik Pilpres ini tapi tolong  sebaiknya  tidak ditampilkan ke public karena berdampak  masyarakat akan terprovokasi dengan hal itu.  Kita lihat sendiri di media-media social sudah terjadi perang besar antar pendukung. Dan pada dasarnya mereka  tidak paham dampak kemenangan Jokowi seperti apa terhadap rakyat begitu juga dampak kemenangan Prabowo seperti apa terhadap  rakyat.
Lebih bijak kalau para elit menonjolkan ataupun mensosialisasikan visi-misi dan Program ketimbang mengumumkan perang dan mengumbar strategi perangnya.
Selanjutnya , saya ingin mencoba  menggambarkan sedikit tentang Perang Barata Yudha dalam kisah Mahabarata.