Mohon tunggu...
Rullysyah
Rullysyah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Belajar dan Berbagi

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Tanda-tanda Tommy Soeharto Menjadi Penyelamat Golkar Semakin Nampak

24 April 2015   15:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:43 1924
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Di Indonesia ini siapa yang tidak mengenal nama Hutomo Mandala Putra? Sosok ganteng Tommy Soeharto putra bungsu dari Alm. Jendral Purnawirawan HM Soeharto yang pernah menjadi penguasa negeri ini selama 32 tahun sudah sangat sering dibicarakan masyarakat luas pada masa kejayaan Golkar dua puluh tahun yang lalu.

Pada saat itu Golkar identik dengan Soeharto, Presiden yang sedang berkuasa. Ketegasan Soeharto selama memimpin Indonesia sempat membuat Indonesia menjadi sangat kondusif dalam segi keamanan nasional. Dari kalangan pebisnis raksasa sangat menikmati kondisi tersebut dan akhirnya berdampak pada grup bisnis mereka yang tumbuh dan berkembang sangat baik. Partai Golkar pun ikut merasakan kenyamanan berpolitik karena memang Golkar didirikan oleh Soeharto.

Kondisi itu kemudian menjadi berbalik 180 Derajat ketika Reformasi menghentak bangsa ini. Keluarga HM Soeharto sempat menjadi Publik Enemy karena begitu banyaknya kerajaan-kerajaan bisnis yang bersinggungan dengan Keluarga Cendana. Golkarpun demikian. Partai ini sempat dimusuhi rakyat mayoritas dan dianggap sebagai Penyebab Krisis Moneter yang melanda Indonesia pada akhir tahun 1997.

Tahun 1998-1999 adalah masa pembullyan untuk Keluarga Cendana, berikut Golkar tentunya. Khususnya Golkar sempat diprediksi akan mengalamai kepunahan paska Reformasi. Tapi selanjutnya waktu membuktikan bahwa Pohon Beringin itu sangat kuat dan perkasa. Akar-akar Beringin itu begitu kuat mencengkram birokrasi-birokrasi di Pemerintahan Daerah. Partai berbendera kuning itu akhirnya berkibar kembali pada tahun 2004. Kemampuan dan kehandalan elit Golkar memang tidak ada yang menandinginya sehingga Golkar tetap eksis menjadi salah satu partai terbesar dan selalu hadir sebagai Partai Pemerintah sepanjang masa reformasi ini.

15 tahun sesudah zaman Reformasi elit-elit Golkar selalu berhasil menempatkan kader-kadernya menjadi Menteri-menteri Pemerintah yang berkuasa. Tapi akhirnya pada tahun 2014 kemarin secara tiba-tiba partai Golkar terkondisikan menjadi Partai Oposisi (di luar Pemerintah).

Hal ini adalah kejutan. Di bawah kepemimpinan Aburizal Bakrie Golkar mengalami masa yang tidak menentu. ARB ternyata lebih memilih membawa Golkar di luar pemerintah dan merasa nyaman karena memimpin Koalisi Merah Putih yang terbukti memang mampu menguasai Parlemen.

Sebaliknya di internal Golkar begitu banyak elit yang merasa Golkar sudah dibawa ke jurang kehancuran oleh ARB karena berdiri di luar Pemerintahan. Hal ini akhirnya Golkar mengalami Konflik besar yang tidak terbayangkan. Konflik yang luar biasa dan memecah Golkar menjadi 2 kubu yang bertikai yaitu kubu ARB dan kubu Agung Laksono.

Kedua kubu sudah bertikai selama 5 bulan tanpa titik temu. Masing-masing pihak sudah menyelenggarakan Munas versinya masing-masing. Munas Golkar ARB dilaksanakan di Bali sementara Munas Golkar Agung dilaksanakan di Jakarta. Terlalu berat konflik yang harus ditanggung Pohon Beringin Tua ini.

Saking parahnya Konflik partai inilembaga-lembaga Pengadilanpun menjadi dilibatkan. Putusan Mahkamah Partai tidak mampu mendamaikan kedua kubu ini sehingga lembaga-lembaga Pengadilan seperti Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Pengadilan Negeri Jakarta Barat, Pengadilan Negeri Jakarta Utara hingga PTUN sudah dilibatkan oleh para elit Golkar.

Saat ini Konflik Golkar sedang berada di PTUN. SK Menkumham yang mengesahkan Putusan Mahkamah Partai Golkar digugat oleh kubu Aburizal Bakrie di PTUN. Prediksi saya dengan kondisi PTUN yang sekarang kemungkinan besar Aburizal Bakrie mampu memenangkan gugatannya. Tetapi kondisi itupun dipastikan akan dilanjutkan dengan pengajuan Kasasi dari kubu Agung Laksono ke Mahkamah Agung.

Kondisi yang demikian bisa diprediksi akan menghabiskan waktu selama berbulan-bulan. Di sisi lain ada agenda Nasional yaitu Pilkada Serentak 2015 untuk sekitar 200 Kabupaten/ Kota dimana batas akhir pendaftaran peserta partai politik pada akhir Juni 2015.

Diperkirakan penyelesaian konflik Golkar akan membuat partai ini terancam tidak dapat mengikuti Pilkada. Pihak KPU tidak akan berani menerima pendaftaran salah satu kubu bila Putusan Hukum yang ada belumlah Inkrah.

Betul bahwa saat ini adalah saat-saat yang paling kritis untuk Partai berlambang Beringin tersebut. Perseteruan kedua kubu begitu Nampak diberbagai media nasional. Saling menyerang dan menghujat antara kedua kubu terdengar keras masyarakat luas. Begitu juga dengan perebutan kekuasaan di Parlemen dimana 2 Fraksi Golkar sesuai dengan masing-masing kubunya terus menerus berkelahi tanpa henti.

Akankah Tommy Soeharto Menjadi Penyelamat Golkar?

Kembali dengan cerita Keluarga Cendana, setelah 16 tahun Reformasi berlalu salah seorang putri HM Soeharto yaitu Titiek Soeharto bergabung kembali ke Golkar dan berhasil menjadi Legislatif di DPR. Kelihatannya inilah Titik Awal Keluarga Cendana akan ikut berkiprah di perpolitikan nasional.

Tak lama setelah Titiek Soeharto dilantik menjadi Anggota DPR, adik bungsunya Tommy Soeharto mulai sering bercuap-cuap tentang politik tanah air di media social Twitter. Eksistensi Tommy Soeharto di jagad Twitter disambut baik oleh Kader-kader PKS (cyber army PKS) dan selama berbulan-bulan cuitan-cuitan dari Tommy Soeharto begitu sering dishare ratusan hingga ribuan kali oleh Cyber Army PKS di Twitter dan Facebook. Mungkin motivasi mereka melakukan Share karena sosok Tommy Soeharto dianggap sebagai Sosok di pihak KMP yang diperkirakan mampu menandingi popularitas Megawati Soekarno ataupun Presiden Jokowi.

Sampai dengan bulan kemarin nama Tommy Soeharto sudah sangat eksis di media-media social. Terkadang memang cuitan-cuitan yang berisi opini politinya terlihat cerdas dan mengambil sudut pandang yang berbeda dari sikap politik Partai Pemerintah.

Hingga akhirnya tibalah peristiwa unik dimana pada minggu kemarin Tommy Soeharto dan Titiek Soeharto bertemu dengan Aburizal Bakrie untuk membicarakan Konflik Golkar. Dalam pertemuan itu Titiek Soeharto meminta ARB menyetujui agar Tommy Soeharto berperan dalam mediasi konflik Golkar yang sudah sangat meruncing. Kabar dari media menginformasikan meskipun tadinya kurang setuju akhirnya ARB mendukung saran tersebut.

Tak lama sesudah pertemuan tersebut, tiba-tiba Titiek Soeharto menyampaikan ke Media bahwa Tommy Soeharto berminat untuk menjadi Ketua Golkar yang baru demi mengatasi kemelut konflik yang ada. Titiek mengatakan pihak keluarganya telah menerima aspirasi dari beberapa DPD-DPD daerah untuk hal tersebut.

Statement Titik itu memang awalnya “mengganggu” kedua kubu yang sedang bertikai. Akbar Tanjung dari kubu ARB berkomentar saat ini Politik Trah sudah tidak dapat diterima rakyat Indonesia. Begitu juga dengan Leo Nababan dari kubu Agung mengatakan statement Titik itu mungkin sebatas wacana karena saat ini semua DPD berada dalam masing-masing kubunya.

Akan tetapi dalam 2 hari terakhir ada pernyataan-pernyataan yang memperkuat ide dari Titik Soeharto tersebut. Beberapa DPD yang selama ini dikenal merupakan basis kubu ARB sudah mengisyaratkan mendukung Tommy Soeharto untuk memimpin Golkar. Begitu juga dari kubu Agung Laksono sudah mengisyaratkan untuk menerima Sosok Tommy Soeharto menjadi salah satu Ketua Umum Golkar bila memang kedua kubu sepakat mengadakan Munas Luar Biasa untuk mengatasi Konflik Golkar ini.

Sebagai Pemerhati Masalah Politik menurut saya wacana untuk memberikan kesempatan bagi Tommy Soeharto untuk eksis di Golkar ini memang sangat baik. Ada beberapa alasan positif untuk kebaikan Golkar bila Tommy Soeharto ikut bertarung di Munaslub Golkar (bila dilaksanakan).

Berikut alasan-alasannya :

1.Tanpa Pihak Ketiga yang memiliki Kharisma tersendiri terhadap akar rumput Golkar sepertinya konflik kubu ARB dan kubu Agung Laksono tidak akan selesai sebelum Pilkada Serentak digelar. Masuknya Pihak Ketiga kemungkinan besar akan membuat kedua kubu tidak kehilangan harga dirinya bila terjadi saling mengalahkan. Dan masuknya Pihak Ketiga akan lebih cepat mendorong tercapainya Munas Islah ataupun Munas Luar Biasa.

2.Golkar saat ini memang membutuhkan Tokoh Pemersatu yang masih dianggap Netral dan tidak memihak ARB maupun Agung Laksono. Tokoh pemersatu ini kemungkinan besar bisa berperan untuk mencegah Golkar yang diperkirakan akan membelah diri menjadi partai-partai baru.

3.Golkar memang membutuhkan sosok kuat yang memiliki popularitas yang dapat menandingi tokoh-tokoh politik saat ini seperti Jokowi, Prabowo, SBY dan Megawati. Bila Golkar memiliki tokoh yang cukup popular maka Soliditas partai ini mungkin akan lebih kuat.

Setidak-tidaknya kalau Tommy Soeharto hadir ditengah-tengah kedua kubu meskipun nantinya tidak menjadi Ketua Umum Golkar maka bisa diprediksi partai Golkar segera dapat Islah dan akan siap (untuk sementara) untuk ikut Pilkada Serentak.

Demikian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun