Kita semua masih ingat usai menerima mandat partai untuk maju sebagai capres PDIP, Jokowi mendapat “serangan pertama” dari Prabowo dengan sebutan capres mencla mencle yang berbahaya. Artinya siapa pihak yang melemparkan serangan terlebih dahulu? Prabowo.
Namun seiring bergulirnya waktu, ternyata kondisi berbalik, fakta-fakta sejarah menjadikan Prabowo sasaran empuk untuk menjadi target serangan. Bahkan tanpa memperhitungkan kasus korupsi yang mendera partai-partai pengusungnya ataupun perkara hukum anak dari cawapres Hatta Rajasa, secara individu Prabowo sangat mudah untuk dijadikan sasaran kritik dan negative campaign.
Kini kubu Prabowo mulai kehilangan akal untuk menghadapi fenomena bocornya surat pemecatan dirinya. Karena sudah bingung, mereka mulai menggunakan jurus akhir dengan pertanyaan: “Kenapa surat pemecatan tak beredar saat jadi cawapres 2009?”. Hal yang sama juga mereka gunakan untuk menepis isu pelanggaran HAM. Menggeser substansi persoalan soal pemecatan dengan tendensi soal periode waktu, seolah-olah setiap kesalahan bisa dilupakan karena pihak yang mendakwa/menuduh telah terlambat melontarkan dakwaan/tuduhan.
Pesan saya untuk kita semua, janganlah kita mau disalahkan hanya karena kita meragukan kelayakan seorang capres, hanya karena kita tidak meragukannya 5 tahun yang lalu di pilpres 2009. Sekali kita ragu atas kelayakan seorang Prabowo untuk menjadi capres, maka biarkan keraguan itu tetap ada hingga Prabowo sendiri mau secara jujur dan terbuka untuk mengklarifikasi hal ini.
So, selamat bertahan buat Prabowo di Pilpres 2014 dan berterima kasihlah kepada kubu SBY yang tidak menggunakan masalah ini di Pilpres 2009.
Dari penulis yang rela menulis untuk Jokowi secara gratis
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H