Mohon tunggu...
Rully Novrianto
Rully Novrianto Mohon Tunggu... Lainnya - A Man (XY) and A Mind Besides Itself

Kunjungi juga blog pribadi saya di www.rullyn.net

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Janji Gratisan Lebih Laku dari Lingkungan

31 Oktober 2024   09:23 Diperbarui: 31 Oktober 2024   10:33 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pilkada hijau di Indonesia? Hmm, rasanya masih seperti mimpi di siang bolong. Kenapa? Karena urusan lingkungan bukanlah fokus utama para calon kepala daerah. Apalagi ketika mereka punya "senjata" yang lebih manjur untuk menarik suara: serba gratisan.

Isu Lingkungan Tidak Laku Karena Gratisan Lebih Menarik

Bayangkan calon kepala daerah datang dengan visi lingkungan yang mumpuni: menanam pohon, mengurangi emisi, menambah ruang terbuka hijau. Kedengarannya indah kan?

Tapi masalahnya, siapa yang benar-benar peduli? Jujur saja, di Indonesia visi semacam itu jarang dianggap 'seksi' di mata pemilih. Masyarakat kita lebih mudah tertarik dengan tawaran yang kelihatan langsung manfaatnya, seperti sekolah gratis, berobat gratis, atau bahkan makan gratis. Gratisan, bro! Siapa yang nggak mau?

Para kandidat pun paham banget soal ini. Mereka sadar kalau visi "serba hijau" tak akan menjamin suara sebanyak visi "serba gratis." Bagi mereka, suara pemilih adalah segalanya. 

Sayangnya, visi lingkungan belum bisa berkompetisi di situ. Kalau ditanya, "Apakah masyarakat nggak peduli lingkungan?" Mungkin peduli, tapi yang lebih tepat adalah masyarakat lebih peduli isi dompet mereka saat ini. Apalagi perekonomian sedang tidak baik-baik saja. Jadi ya wajar saja kalau isu lingkungan bukan jadi prioritas para paslon.

Ironi di Era Digital, Masih Pakai Puluhan Ton Kertas

Lalu mari kita bicara soal proses pemilihan itu sendiri. Katanya ini era digital, tapi kenyataannya puluhan ton kertas masih dipakai untuk surat suara dan alat peraga kampanye. Ironis bukan?

Seolah-olah pilkada hijau hanyalah wacana. Kita masih melihat lautan kertas di TPS. Belum lagi alat peraga kampanye berupa baliho yang bertebaran di pinggir jalan, di tiang listrik, bahkan dipaku di pohon-pohon!

Ini jelas sebuah kontradiksi. Apalagi di era digital ini, hampir setiap orang punya smartphone. Bukankah seharusnya kita bisa lebih efisien dan "hijau" dalam mengadakan pemilihan?

Tapi ya sudahlah, mungkin urusan pemilu yang lebih ramah lingkungan juga masih dianggap terlalu ribet dan mahal.

Kemungkinan Pilkada Hijau? Siap-Siap Sabar Selamanya

Melihat situasi ini, mungkinkah kita bisa berharap pada pilkada atau pilpres yang lebih hijau di masa depan? Mungkin bisa, tapi jangan berharap banyak dalam waktu dekat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun