Nicholas berdiri di tengah ruangan yang terasa begitu asing, meski seolah-olah telah menjadi bagian dari dirinya sejak lama. Setiap sudut rumah itu menyimpan kisah, namun tidak ada yang sejelas di dalam pikirannya saat ini.
Ini adalah rumah Edward. Rumah ini membawa lebih banyak pertanyaan daripada jawaban. Tapi Nicholas tahu, dia semakin dekat dengan kebenaran.
Langkahnya pelan ketika memasuki kamar Edward. Sebuah kamar yang masih penuh dengan kenangan, jejak-jejak dari hidup yang telah lama berlalu. Dindingnya terasa dingin, seolah-olah menyerap setiap kesedihan yang pernah terjadi di dalamnya.
Matanya menangkap sebuah cermin tua di sudut ruangan. Untuk sesaat, dia melihat bayangan seseorang yang tidak asing, Victoria.
Apa yang sebenarnya terjadi malam itu, apakah Victoria terluka oleh Edward lalu pergi dan meninggalkannya dalam kesakitan yang begitu dalam hingga segalanya berakhir dengan kekerasan? Atau ada sesuatu yang lain, sesuatu yang tidak pernah terungkap?
Langkahnya terhenti di dekat tempat tidur, tempat di mana Victoria mungkin pernah duduk, menangis, atau bahkan... berjuang.
Nicholas merasakan hawa dingin di sekelilingnya, tapi bukan dari cuaca. Itu adalah kehadiran, sebuah kenangan yang hidup kembali melalui dirinya.
Tiba-tiba, dinding-dinding kamar itu seakan lenyap. Sebuah kilasan terbentang di depannya, seperti mimpi yang terwujud. Di sana, di hadapan Nicholas, Victoria menjerit. Wajahnya penuh dengan ketakutan dan kesedihan.
Edward berdiri di depannya, tampak penuh penyesalan dan rasa bersalah, tangannya gemetar. Nicholas tidak bisa mendengar kata-kata yang mereka ucapkan, tapi gerak-gerik mereka bercerita lebih dari sekadar suara.
Victoria mundur, seolah mencoba menjauh, tapi Edward berlutut memohon ampun. Apakah ini saat-saat terakhir mereka? Apakah ini momen ketika cinta berubah menjadi kebencian?