Nicholas terbangun dengan keringat dingin. Rumah? Apa maksudnya? Sejauh ini, Nicholas telah mengikuti jejak Victoria, menyelidiki setiap potongan dari masa lalu gadis itu.
Tapi kini semuanya mengarah padanya. Bukan hanya tentang tragedi Victoria, tapi tentang kehidupannya sendiri, tentang sesuatu yang lebih besar yang mengikat mereka berdua.
Hari berikutnya, Nicholas memutuskan untuk mengunjungi rumah lamanya, tempat ia dibesarkan. Rumah itu kosong dan tampak usang, hampir terlupakan seperti ingatan-ingatan masa kecilnya.
Matanya menyapu setiap sudut ruangan. Di dinding, ada foto keluarganya, tapi ada sesuatu yang selalu ia abaikan. Sebuah potret lama, wajah yang selalu dianggap sebagai kenangan masa lalu yang kabur.
Ia mengambil potret itu, mengamatinya, dan menyadari ada Victoria di potret itu. Bukan dalam gaun putih, tapi dalam pakaian sederhana, dengan tatapan lembut namun menyimpan rahasia.
Nicholas merasakan jantungnya berdetak kencang. Apa ini mungkin? Victoria bukan hanya bagian dari kisah yang jauh, dia adalah bagian dari dirinya, dari keluarganya.
Kenangan yang selama ini terkubur dalam-dalam muncul kembali ke permukaan. Ia mengingat percakapan yang tidak pernah ia pahami waktu ia masih kecil. Bisikan orang-orang tentang tragedi yang menimpa keluarganya, tentang seorang gadis yang dibunuh oleh kekasihnya sendiri.
Kisah itu terdengar terlalu mirip dengan apa yang terjadi pada Victoria. Tapi bagaimana mungkin? Apa mungkin dia adalah keturunan dari orang-orang yang ada di tragedi itu?
Tiba-tiba pintu rumahnya ada yang mengetuk. Ketika Nicholas membukanya, pria tua yang ia temui di Bukit Echo muncul lagi.
"Kau akhirnya menemukan jawabannya. Victoria bukan hanya bagian dari sejarah kota ini. Dia adalah bagian dari sejarahmu," kata pria tua itu.
Nicholas tidak tahu bagaimana harus merespon. Seluruh hidupnya terasa seperti kepingan puzzle yang selama ini salah diletakkan.