Di dalam kamar Nicholas, malam itu mimpinya semakin menyiksanya. Kini gambarannya menjadi lebih tajam dan jelas. Victoria berdiri di depan sebuah jendela besar, cahaya bulan menembus tirai tipis.
Di belakangnya, Julian dan Edward beradu argumen dengan suara keras. Nicholas bisa merasakan ketakutan Victoria. Ini bukan cinta yang hilang, ini adalah kebencian yang terpendam di antara dua saudara.
"Edward, kau tidak harus melakukan ini!" Julian memohon.
Namun wajah Edward dingin, tatapannya penuh kebencian. "Dia memilihmu, bukan aku. Kau selalu mendapatkan segalanya, Julian. Kau selalu yang lebih baik, yang lebih dicintai."
Victoria berusaha melarikan diri, tapi sebelum dia bisa mencapai pintu, Edward sudah mengambil pistol yang tergeletak di meja. Saat dia berusaha menahan Edward, Julian mencoba melindungi Victoria.
Kejadiannya begitu cepat, dan tiba-tiba ....dorr.... suara tembakan bergema di ruangan itu. Nicholas bisa merasakan ketakutan Victoria ketika tubuhnya jatuh ke lantai, darah mengalir di sekitarnya.
Julian berlutut di samping Victoria, menangis dengan putus asa. "Maafkan aku... aku tidak bisa melindungimu..."
Seketika itu juga, Edward menyadari apa yang telah dia lakukan. Dalam keputusasaan, Julian mengambil pistol dari tangan Edward dan menembak dirinya sendiri, tubuhnya jatuh di atas Victoria.
Nicholas terbangun dengan jeritan, air mata mengalir di pipinya. Semuanya kini masuk akal. Julian tidak membunuh Victoria. Dia hanya berusaha melindunginya. Edward yang dibutakan oleh kecemburuan, menjadi pelaku sesungguhnya dari tragedi itu.
Nicholas tahu apa yang harus dia lakukan. Dia harus membawa kebenaran ini ke permukaan. Untuk memberikan kedamaian bagi jiwa Victoria yang telah terperangkap terlalu lama.