Setelah malam yang panjang, Nicholas merasa ada sesuatu yang lebih mendesak di dalam dirinya. Gadis itu, sosok misterius yang terus hadir dalam mimpi dan bayangannya, sekarang terasa lebih nyata daripada sebelumnya.
Malam-malam tanpa tidur mulai terasa berat, dan Nicholas tahu bahwa hanya ada satu cara untuk menghentikan semua ini: dia harus menemukan jawabannya, meskipun jawabannya mungkin menakutkan.
Malam itu, seperti biasa, Nicholas menutup matanya dengan perasaan was-was. Di antara kantuk yang berat, dia berharap bisa mendapatkan jawaban dari teka-teki yang terus menghantuinya.
Namun kali ini, bukannya ditarik ke rumah tua di atas bukit, Nicholas bermimpi dirinya berdiri di sebuah tempat yang berbeda.
Jalanan sunyi, hanya diterangi oleh lampu jalan yang buram. Udara malam dingin, namun ada kehangatan samar di kejauhan, seperti sesuatu yang familiar tapi asing. Ketika dia mulai melangkah, suara lantang memecah keheningan.
"Apa kau mencari jawaban?" Suara seorang lelaki tua terdengar dari sebuah rumah kecil di sudut jalan.
Nicholas merasa aneh, tapi dia mengikuti nalurinya dan berjalan ke arah sumber suara. Di depan rumah itu, berdiri seorang pria berusia lanjut dengan rambut putih yang berantakan. Wajahnya dipenuhi garis-garis kehidupan, seakan-akan dia telah menyaksikan banyak hal yang tidak bisa diceritakan.
"Aku tahu kenapa kau di sini," pria itu berbicara sebelum Nicholas sempat membuka mulut. "Kau ingin tahu tentang gadis itu, bukan?"
Kata-katanya menusuk Nicholas. "Siapa gadis itu? Kenapa dia selalu muncul dalam mimpiku?" tanya Nicholas, suaranya bergetar antara takut dan penasaran.
Pria tua itu mengangguk pelan, matanya dipenuhi dengan kesedihan. "Victoria. Dia dibunuh bertahun-tahun yang lalu. Di rumah itu, rumah yang selalu kau lihat. Tragis sekali, semua orang di kota ini tahu kisahnya. Namun tak pernah ada yang tahu kebenaran kisahnya."