Mohon tunggu...
Rully Novrianto
Rully Novrianto Mohon Tunggu... Lainnya - A Mind Besides Itself

Kunjungi juga blog pribadi saya di www.rullyn.net

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Dering Terakhir Telepon Rumah

25 Juni 2024   13:19 Diperbarui: 25 Juni 2024   13:38 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Ron Lach : www.pexels.com 

Ingatkah kamu dengan dering khas telepon rumah? "kring...kring..." yang nyaring itu? Dulu, suara itu bagai panggilan magis, bisa membuat jantung berdebar dan dunia serasa berhenti sejenak. Bisa jadi kabar gembira dari sanak saudara jauh, atau mungkin panggilan penting dari tempat kerja.

Nah, saya baru saja mengucapkan selamat tinggal pada dering kenangan itu. Setelah 30 tahun setia menemani keluarga kami, sambungan telepon rumah akhirnya kami putuskan untuk dihentikan. Sedih? Sedikit. Tapi lebih dari itu, ada rasa nostalgia yang membuncah dan senyum getir yang tertahan.

Ketika telepon rumah merajai komunikasi

Mari kita jujur, telepon rumah pernah menjadi primadona komunikasi. Di era pra-internet dan pra-smartphone, ia adalah pusat informasi dan hiburan. Ingin mengobrol dengan sahabat? Angkat gagangnya! Ingin memesan pizza? Hubungi nomor restoran lewat telepon!

Dulu kita bisa menghabiskan berjam-jam berbincang lewat telepon rumah. Tak jarang, tagihan bulanan pun membengkak karena durasi telepon yang tak terkontrol. Tapi tak ada yang lebih menyenangkan daripada bertukar cerita hingga larut malam, ditemani suara dengungan statis di ujung sana.

Dari telepon kabel ke layar sentuh

Namun zaman terus bergulir. Teknologi komunikasi berevolusi dengan drastis. Telepon seluler hadir menawarkan mobilitas. SMS kemudian menjadi primadona baru, menggantikan obrolan telepon yang panjang lebar menjadi 160 karakter saja.


Sekarang kita hidup di era dominasi layar sentuh. Smartphone tak lagi sekadar alat komunikasi, tapi jendela ke dunia digital. Ponsel pun menjelma menjadi kantor mini yang bisa kita bawa ke mana saja.

Saat telepon rumah mulai ditinggalkan

Coba renungkan, kapan terakhir kamu menggunakan telepon rumah? Mungkin untuk menelepon orang tua yang belum akrab dengan teknologi, atau menghubungi layanan pelanggan. Sekarang kita semua lebih terbiasa menggunakan WhatsApp.

Kehadiran internet juga menjadi faktor utama terpinggirkannya telepon rumah. Kita bisa terhubung dengan siapa saja, di mana saja, dan kapan saja melalui berbagai platform digital. 

Perpisahan yang manis

Keputusan untuk memutuskan sambungan telepon rumah bukanlah hal yang mudah. Kami sempat berkali-kali menunda karena masih sayang. Ada rasa sentimental yang tak terbantahkan. Bagaimanapun, telepon rumah ini telah menjadi saksi bisu suka dan duka keluarga kami selama bertahun-tahun.

Namun nostalgia tak bisa menghalangi perkembangan zaman. Toh, dengan kemajuan teknologi komunikasi menjadi jauh lebih mudah dan efisien. Lagi pula, kenangan manis yang terjalin selama bertahun-tahun melalui telepon rumah tak akan lekang oleh waktu.

Simbol sebuah era yang telah berlalu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun