Kasus pengeroyokan bos rental mobil di Sukolilo, Pati, memunculkan satu hal yang bikin miris. Gara-gara kasus ini, sekarang apapun yang berhubungan dengan Pati seakan distigmakan sebagai maling. Masa iya gara-gara satu kasus, citra seluruh warga Pati jadi tercoreng?
Yuk, kita bahas lebih dalam kenapa generalisasi itu nggak banget!
Dampak Stigma NegatifÂ
Stigma negatif itu ibarat permen karet yang menempel di rambut. Susah dilepaskan dan bikin nggak nyaman. Bayangkan, ada orang Pati yang merantau atau kerja di luar kota tiba-tiba dicurigai atau dijauhi. Padahal dia tidak ada hubungannya sama sekali dengan kasus pengeroyokan itu. Nggak adil kan?
Apalagi, stigma ini bisa berdampak ke ekonomi dan pariwisata Pati. Orang jadi takut berkunjung atau berbisnis di sana. Hal ini sudah  dibuktikan dengan pernyataan para pemilik rental mobil yang akan menolak setiap peminjaman mobil dari orang yang ber-KTP Pati.
Bayangkan dampak stigma ini terhadap para pelaku usaha lokal di Pati. Mereka yang berjuang keras memasarkan dagangannya atau berjualan kuliner khas, tiba-tiba produk mereka dijauhi. Padahal, mereka nggak ada sangkut pautnya dengan kasus pengeroyokan itu. Stigma ini bisa menghambat kemajuan ekonomi mereka dan berdampak pada kesejahteraan masyarakat Pati secara keseluruhan.
Jangan Percaya Stereotip!
Kita harus cerdas dalam mencerna informasi. Kasus pengeroyokan itu adalah tindakan segelintir orang, bukan gambaran keseluruhan masyarakat Pati. Setiap daerah pasti punya "oknum" yang berbuat kriminal. Coba saja Googling dengan kata kunci "kampung maling" atau "kampung penadah". Pasti akan muncul nama daerah-daerah lain yang dijuluki kampung maling.
Nggak adil dong kalau gara-gara segelintir orang, seluruh daerahnya di cap jelek. Kasus pengeroyokan di Pati tidak boleh dijadikan alasan untuk memecah belah persatuan kita.
Mencegah Persepsi Negatif: Peran Media dan Masyarakat
Media massa dan masyarakat punya peran penting dalam menangkal stigma negatif terhadap Pati. Media massa perlu memberitakan potensi dan keindahan Pati secara berimbang. Masyarakat bisa ikut berkontribusi dengan menyebarkan informasi positif tentang Pati di media sosial.
Di era digital ini, media sosial juga bisa menjadi senjata ampuh untuk melawan stigma. Masyarakat Pati bisa memanfaatkan platform ini untuk menunjukkan sisi lain dari daerah mereka.
Misalnya, mengangkat kisah-kisah inspiratif dari warga Pati! Â Ceritakan prestasi pemuda Pati di bidang pendidikan, olahraga, atau seni. Kisahkan para perajin batik yang melestarikan budaya, atau pebisnis muda yang sukses membawa nama Pati ke kancah nasional. Dengan menonjolkan sisi positif, stigma negatif yang beredar perlahan akan terbantahkan.