Cerita tentang time loop atau pengulangan waktu selalu membuat saya terpesona. Ada sesuatu yang menarik tentang konsep terjebak dalam siklus waktu yang tampaknya tak berujung, dipaksa untuk menjalani kembali peristiwa yang sama berulang kali.
Gagasan terperangkap dalam lingkaran waktu menimbulkan pertanyaan tentang takdir, dan sebab-akibat dari pilihan yang kita buat. Hal ini memaksa kita untuk menghadapi kefanaan kita sendiri, merenungkan pentingnya tindakan kita, dan bergulat dengan konsep takdir.
Selain itu, menghidupkan kembali momen yang sama menghadirkan kesempatan unik bagi si karakter untuk belajar dari kesalahan di masa lalu, menilai kembali prioritas mereka, dan pada akhirnya berevolusi menjadi diri mereka yang lebih baik.
Asal-usul tema time loop
Konsep time loop yang telah memikat penonton selama beberapa dekade awalnya berasal dari literatur dan berkembang dari waktu ke waktu. Pada 1922, konsep time loop memulai debutnya dalam novel E.R. Eddison berjudul "The Worm Ouroboros." Kisahnya bercerita tentang pemenang perang yang memilih untuk memulai kembali konflik karena sudah kehabisan musuh. Novel ini memberikan perspektif unik tentang konsekuensi perang dan sifat siklus sejarah.
Pada 1933, layar perak menjadi saksi pertemuan pertamanya dengan konsep time loop melalui film berjudul "Turn Back The Clock." Meskipun tidak dikenal secara luas, film ini meletakkan dasar untuk eksperimen sinematik dengan time loop. Narasi yang berpusat pada gagasan untuk menulis ulang kehidupan seseorang, mengisyaratkan potensi untuk penceritaan yang mendalam dalam batas-batas manipulasi waktu.
Di tahun 1965, penulis Jepang Yasutaka Tsutsui memperkenalkan cerita time loop inovatif dalam novel fiksi ilmiahnya, "The Girl Who Leapt Through Time" atau "Toki o Kakeru Shōjo" Cerita ini mengikuti perjalanan seorang gadis SMA mengungkap misteri perjalanan waktu. Karya Tsutsui ini menjadi populer dan telah diadaptasi menjadi film live-action, anime, dan manga.
Karya Tsutsui tidak hanya berperan dalam memperluas tema time loop, namun juga menunjukkan konsep time loop yang fleksibel dan universal, yang melampaui batas-batas budaya.
Groundhog Day: Film modern yang mendefinisikan genre time loop
Film tahun 1993 yang disutradarai oleh Harold Ramis dan dibintangi oleh Bill Murray dan Andie MacDowell, merupakan mahakarya sinematik yang tidak hanya menghibur para penonton, namun juga meninggalkan jejak abadi dalam tema time loop.