Ah, ini dia kalimat yang terkenal itu. Kita semua pasti pernah mendengar dan menjumpai situasi ini, entah itu di daerah perkotaan yang ramai atau di daerah.
Ini adalah pernyataan yang sering kita dengar setiap kali kita mempertanyakan legitimasi juru parkir liar. Kalimat ini  seakan-akan menjadi pembenaran atas keberadaan mereka dan biaya yang mereka kenakan kepada pemilik kendaraan bermotor yang parkir.
Namun, mengapa alasan ini begitu lazim, dan apa yang dikatakannya tentang parkir liar? Mari kita selami fenomena ini dan telusuri implikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
Membongkar Pola Pikir
Penggunaan alasan ini mengungkapkan banyak hal tentang pola pikir para juru parkir liar ini. Hal ini mencerminkan upaya mereka untuk meremehkan dampak dari pungutan yang mereka lakukan, sehingga terlihat tidak penting bagi para pengemudi.
Dengan membingkainya sebagai biaya yang tergolong receh, mereka bertujuan untuk mencegah perlawanan dan membuat pembayaran tampak sepele. Taktik ini memainkan psikologi untuk meminimalkan kerugian yang dirasakan oleh pemilik kendaraan, yang pada akhirnya memudahkan mereka untuk mengumpulkan uang tanpa menghadapi penolakan.
Ilusi tentang Ketidakberartian
Meskipun Rp2.000 mungkin terlihat seperti jumlah yang kecil, penting untuk mempertimbangkan efek kumulatif dari transaksi semacam itu. Bagi banyak orang, biaya parkir liar ini dapat bertambah seiring berjalannya waktu, terutama jika mereka berada di area yang ramai dan punya kelas.
Narasi "tidak akan membuat kalian miskin" melanggengkan ilusi bahwa pengeluaran kecil ini tidak penting. Padahal pada kenyataannya, hal ini dapat berkontribusi pada beban keuangan yang signifikan, terutama bagi mereka yang memiliki anggaran terbatas.
Implikasi untuk Masyarakat
Di luar tingkat individu, normalisasi alasan ini memiliki implikasi sosial yang lebih luas. Hal ini memperkuat budaya di mana individu yang memiliki peran informal merasa berhak untuk mengambil uang dari orang lain dengan sedikit pembenaran.
Normalisasi ini dapat melanggengkan siklus eksploitasi, di mana individu yang enggan untuk mengeluarkan uangnya dipaksa untuk menyerahkan uang mereka dengan kedok keamanan atau kebutuhan.
Sebagai kesimpulan, ungkapan "Cuma 2.000 perak, tidak akan membuat kalian miskin" menjadi pengingat yang tajam tentang bagaimana sistem parkir liar dapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari.