Hal yang sebetulnya sangat disayangkan dari Sandiaga, yang merupakan pengusaha besar yang seharusnya bisa memberikan jawaban lebih cerdas dan gamblang, dibanding hanya mengaplikasikan "hapalan" dari hasil "latihan" debat yang disiapkan oleh Timses. Kebijakan dan pengembangan jawaban dari seorang pemimpin perusahaan besar seharusnya bisa jauh lebih baik dari itu menurut saya.Â
Termasuk dalam menyampaikan "keluhan" beberapa masyarakat saat "kunjungannya" tadi dalam debat, yang digeneralisir sebagai "keluhan mayoritas" untuk dijadikan sebagai masalah, yang akhirnya melupakan usaha dan hasil yang sudah diraih baik bagi pemerintah maupun masyarakat. Padahal sebelumnya, dalam debat Capres, sudah disampaikan oleh Capres Prabowo, yang akhirnya setelah dijawab oleh Capres Jokowi, akhirnya Prabowo justru "mengalah" dengan mengakui hasil pemerintahan berjalan sebagai sebuah prestasi.
====
Debat pun, terus berjalan dan saya tonton sampai habis. Hingga peryataan penutup diucapkan oleh para Cawapres.
Jika Ma'ruf Amin membuka penyataan dengan menyelipkan bahasa arab yang memang sering terlontar dan memang berkutat dalam lingkup keagamaan, Sandiaga uno juga yang kini digelari "santri milenial" bahkan "ulama" juga tidak mau kalah, ketika menyampaikan pidato penutup mengutip kalimat doa yang biasa digunakan oleh Nahdliyin dan Muhammadiyah, "Wallahul muwaffiq ila aqwamit-thariiq, billahi fii sabililhaq fastabiqul khairat, wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh," tutup Sandi.
Sandiaga juga OKE, karena "gesture"nya seperti biasa baiknya saat kita melihat beliau "berkunjung" ke ribuan wilayah di Indonesia, ditambah "attitude" nya dalam menghadapi orang yang jauh lebih tua sebagai lawan debatnya.Â
Tontonan yang lagi-lagi sebuah tontonan baru dan segar, jauh dari perkiraan-perkiraan atau ramalan-ramalan yang beredar di masyarakat. Semoga debat-debat yang sudah berjalan menjadi sebuah pertimbangan dalam memutuskan pilihan kita semua saat hari mencoblos nanti, walau masih ada 1 kali lagi debat akhir di bulan april nanti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H