Layaknya di sebuah perusahaan, seorang Bussiness Development Leader, punya banyak asisten yang membantu dalam mengembangkan sebuah rencana pengembangan perusahaann kedepannya, karena jelas seorang Planner memang punya visi misi besar, punya mimpi besar, namun jika tidak ditungjang data atau visibilitas real, pasti akan berantakan atau justru mandeg semua perencanaan yang tadi sudah direncanakan.
 Walau bukan karena rencana ayang buruk, tapi rencana yang tidak visible, terkait kemampuan, dan kondisi negara/perusahaan saat itu yang dilihat dari banyak faktor.
Itulah mengapa saya menunggu-nunggu sekali debat Cawapres ini. Ingin rasanya menjadi saksi sejarah, karena pertama kalinya ini terjadi di Indonesia. Namun, apadaya, badan dan mata yang lelah ini memaksa saya untuk menonton siaran ulangnya via TVOD (Television On Demand) di PayTV langganan di rumah.
====
Karena Segmen 1 saya masih sempat nonton, tebakan saya sepertinya benar setelah kemudian saya tonton ulang debat ini.
Setelah sebelumnya ramalan demi ramalan, perkiraan demi perkiraan, atau bahkan "kepastian" demi "kepastian", soal debat cawapres yang berkembang di masyarakat sebelumnya, RONTOK SUDAH...Ramalan yang lebih banyak ditujukan untuk Cawapres KH. Ma'ruf Amin yang terlihat "loyo" saat mendampingi Capres Joko Widodo di Debat Pertama Capres 2019 karena dinilai sudah Tua, Pikun, Kyai yang cuma bisa ceramah agama, dll ini justru membuat masyarakat terperangah. Banyak pula ramalan yang saya pribadi menilai sangat "sinis", "kasar", dan berlebihan menilai persiapan "kubu" yang berseberangan dalam menghadapi debat ini.
Jauh berbeda dengan Cawapres Sandiaga Uno, yang memang "sudah bawaan" yang tetap terlihat segar, bugar, ganteng, matching outfit dengan body atletisnya, lembutnya bahasa tubuh ditambah senyum dan lirikan matanya yang memnbuat para milenial terpeleset, atau mungkin para emak-emak ikut teriris jarinya jika sedang mengiris bawang saat debat berlangsung.
Ma'ruf Amin, yang membuka sambutan awal dengan tetap memuji hasil kerja pasangan pemimpin negara sebelumnya, Jokowi-JK dengan mengatakan usaha sudah maksimal dan berdampak baik walau belum sempurna, dinilai sangat bijak setelah diembel-embeli akan meneruskan ikhtiar yang sudah dilakukan, menuntaskan, apa yang sudah dan belum selesai dikerjakan, demi kemaslahatan rakyat.Â
JKN (jaminan kesehatan nasional), PKH (program keluarga harapan), beasiswa (KIP) akan berjalan dan ditingkatkan terus. Apapun masalahnya, rakyat jangan takut jangan sedih dan jangan berhenti bermimpi karena Negara sudah hadir untuk mendampingi rakyatnya, begitu juga soal lapangan kerja, karena Balai Latihan Kerja sudah berjalan dengan baik, rakyat bisa bekerja secara mandiri tidak tergantung lagi dengan lowongan-lowongan kerja.
Sandiaga Uno sendiri, yang memanggil Ma'ruf Amin dengan "Abah", memulai dengan mengucapkan selamat ulang tahun karena memang beberapa hari sebelumnya baru bertambah usia. Sama seperti debat sebelumnya, Sandiaga Uno mengedepankan hasil kunjungannya di 1500 lokasi selama beberapa bulan ini untuk menjaring aspirasi rakyat dan merumuskan solusi bagi masalah-masalah tadi.Â
Hasilnya, tim merumuskan bahwa untuk pendidikan ada 2 solusi yakni meningkatkan kualitas pendidikan dengan memastikan status guru tetutama kesejahteraan guru honorer, memberhentikan sistem UN dan mnegganti dengan penelusuran minat dan bakat. Untuk kesehatan, menyelesaikan kisruh sistem BPJS dalam 200 hari pertama memimpin, memulai program olahraga untuk seluruh rakyat.Â