Mohon tunggu...
Rully Moenandir
Rully Moenandir Mohon Tunggu... Administrasi - TV and Movie Worker

Seorang ayah dari 4 anak yang bekerja di bidang industri televisi dan film, serta suka sekali berbagi ilmu dan pengalaman di ruang-ruang khusus sebagai dosen maupun pembicara publik. Baru buat blog baru juga di rullymoenandir.blogspot.com, setelah tahun 2009 blog lamanya hilang entah kemana.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Akhirnya Saya Bertemu Prabowo (Part 1)

24 Januari 2019   18:11 Diperbarui: 24 Januari 2019   19:11 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://indrisrozas.wordpress.com/about/

Matahari mulai menghilang tertutup awan dan rintik-rintik air dari langit pun mulai padat. Alhamdulillah, dari kejauhan saya melihat saung bambu sederhana dekat pepohonan rimbun diujung sana yang sepertinya memanggil-manggil agar saya singgah untuk berteduh.

Memang disini tidak banyak rumah penduduk, lebih banyak lapangan luas, pesawahan kecil dan perkebunan saja, walau jalanannya sudah di beton, lengkap dengan aliran pembuangan air di sisi kiri dan kanannya.

Saya sendiri sedang "kabur" dari lokasi tempat kami shooting program Televisi untuk melihat-lihat siapa tahu ada spot-spot menarik lagi untuk dijadikan lokasi pengambilan gambar berikutnya, entah untuk besok atau kapan-kapan sesuai kebutuhan pengadeganan. Maklum saja, di posisi saya saat ini, saya tidak perlu lagi "nongkrong" mantengin jalannya shooting seperti dulu, semua sudah didelegasikan ke departemen terkait, ada sutradara, DOP, lighting, dll untuk menjalankan tugasnya dengan baik, sesuai dengan arahan yang saya berikan di awal sebelum shooting, sedangkan "mandor"nya ada Produser Pelaksana yang akan menghandle, hanya hal-hal yang mendesak saja yang harus dikonsultasikan dulu kepada saya, seperti tadi, ketika langit tiba-tiba gelap dan mulai rintik, ia menelepon saya mengkonfirmasi apakah shooting akan lanjut dengan pengkondisian hujan, break, atau dirubah menjadi indoor, agar stok gambar aman untuk dijadikan bahan tayangan.

====

koleksi pusat penjualan kayu
koleksi pusat penjualan kayu
Baru saja saya duduk dan berbaring di atas saung bambu tadi, tidak lama terdengar..."Hallo kisanak, Saudara sepertinya nyaman sekali tidur disitu. boleh saya bergabung di saung milik saya ini?".
Terkejut sekali saya, ketika melihat sosok yang sedang mengikatkan kudanya (baca disini) di tiang samping (yang sepertinya memang disiapkan untuk itu, terlihat dari adanya 2 gentong berisi rumput dan air di salah satunya lagi), pak Prabowo !! Iya, Prabowo calon presiden Indonesia (lagi) itu.

https://nasional.kompas.com/read/2014/05/25/2142430/Di.Antara.Seratusan.Kuda.Kesayangan.Prabowo
https://nasional.kompas.com/read/2014/05/25/2142430/Di.Antara.Seratusan.Kuda.Kesayangan.Prabowo
Sosok bertubuh gempal tadi, kemudian duduk disamping saya, membuka sepatunya, dan menaruh kotak ukuran sedang yang diikat tali dan sebotol tempat minuman.
"Saudara sudah lama disini?", sahutnya.
"Belum pak, baru saja sampai, saya tadi kejar-kejaran sama hujan. Mau berteduh saja". jawabku cepat dan sedikit terbata karena grogi.
"Oh...kamu bukan orang sini kelihatannya ya?, ini kita ngobrol saja sambil ngemil. Saya ada pisang goreng", katanya sambil tangannya sibuk membuka tali ikatan kotak tadi, dan membukanya untuk kami santap.
"Wah...makasih sekali pak, masih ngebul..." kataku sambil menatap pisang goreng yang nampaknya lezat tadi
"Ya jelas, ini baru digoreng oleh pengurus rumah saya...itu rumah saya kan di seberang lapangan belakang", iapun menunjuk ke belakang pos tempat kami duduk. Dan benar saja, pos ini hanya terhalang 2-3 pohon menuju lapangan besar, yang sepertinya multifungsi (baca disini).
"Ah iya, ga sadar saya...", ujarku sambil garuk-garuk kepala.Sambil kami berdua mengunyah pisang panas yang cukup besar dan lezat...


"Saudara makannya lahap sekali, tapi maaf ya..minumannya tidak ada. Yang saya bawa ini, minuman khusus untuk saya", kata pak Prabowo memecah kesunyian (kecuali suara kunyahan mulut kami tentunya.
"Ah iya pak, tadi saya keliling-keliling sini agak lama. Memang belum makan apa-apa lagi setelah makan siang tadi di lokasi shooting", kataku sambil menahan malu
"Oh, Saudara orang media ternyata? Media mana? Shooting apa?", sambar pak Prabowo
"Lebih kurangnya iya pak. Tapi kami shooting drama aja, bukan di News" jawabku lagi.
"Ah media itu sekarang banyak. Tapi gak bener. Tebang pilih, semaunya saja", tandasnya singkat
"Maksudnya pak ? Media di kita kan swasta semua pak. Yang punya pemerintah cuma 1, TVRI. Jadi rasanya, kalau tebang pilih wajar saja. Di negara kita kan media tidak dapat subsidi apapun dari pemerintah...Kita menghidupi sendiri, apa yang ada di layar pemirsa adalah penyesuaian dengan Target Audience medianya. Tujuannya cuma 1, menjaga flow pemasukan dari pengiklan sebagai bahan bakar media tadi pak. Kalau media ini "nekat" diluar jalur, ya harus siap berkompetisi dengan media lain yang jalurnya tadi dicoba direbut. Dan khusus untuk News, medianya pasti harus Cover Both Side. Jika ada isu yang muncul, wartawan akan kejar 2 sisi dari sumber masalah tadi, bahkan harus ditambah dari sisi "tengah", yakni aparat pemerintahan sebagai pemegang atau penegak hukum di negara ini", "ini kan negara hukum kan pak?", lanjutku lagi.
"Iya betul, tapi kenapa sepertinya tidak berimbang antara pemberitaan TV satu dengan TV lain? Terutama mengenai saya", pak Prabowo kembali bicara tegas.

https://lifestyle.kompas.com/read/2015/02/02/094400523/Sering.Habiskan.Waktu.dengan.Nonton.DVD.Tanda.Depresi.
https://lifestyle.kompas.com/read/2015/02/02/094400523/Sering.Habiskan.Waktu.dengan.Nonton.DVD.Tanda.Depresi.

"Tadi kan sudah saya sebut pak, kalau News tidak mungkin tidak berimbang, mereka pasti Cover Both Side, pasti sesuai kode etik jurnalistiknya (baca disini). Justru pemblokiran yang nanti akan berakibat tidak berimbangnya isi pemberitaan. Saran saya sebaiknya bapak harus lebih terbukan ke media", jawabku lagi
"Ah, mereka itu meliput hanya mencari-cari kesalahan saya saja kok. Biar nanti bisa digoreng-goreng", pak Prabowo kembali menimpali
"Mungkin perasaan bapak saja kali...namanya juga situasi memanas. Tapi ya mungkin ada salah satu sebab dari Target audience itu tadi pak. TV satu melihat penontonnya lebih ke kubu A, pasti akan menggiring dan menyajikan kontennya ke kubu penontonnya gar mereka tidak kabur ke TV lain yang jadi pesaingnya, begitu juga sebaliknya. Toh, isi pemberitaannya benar dan tidak timpang karena salah satu sumbernya tidak ada.", aku coba kembali menegaskan.
"Ya okelah, saya juga sudah paham sih. Sayapun sekarang tidak ada kok blokir-blokir", pak capres satu ini mulai kembali rileks sambil menyeruput minumannya.

https://nasional.kompas.com/read/2019/01/17/19185751/jelang-debat-prabowo-pamer-capaian-sandiaga-keliling-1000-titik-di-indonesia
https://nasional.kompas.com/read/2019/01/17/19185751/jelang-debat-prabowo-pamer-capaian-sandiaga-keliling-1000-titik-di-indonesia

"Pak, boleh saya tanya lagi? Soal pidato kebangsaan (baca disini) bapak kemarin..., menurut saya bagus sekali soalnya, walau sayang malah jadi kontroversi di akar rumput", aku mencoba memanjangkan diskusi politik ini ditengah hujan yang semakin lebat.
"Apanya? soal saya tanpa teks? soal kepanjangan? soal apa? itu mereka ada-ada saja memang, jelas- ada teleprompter, sayapun di pidato menyebut beberapa kali kalau ada beberapa kalimat saya ini diluar teks. Masa mereka gak paham juga ya? Satu jam lebih pidato tanpa teks, lalu saya bisa singkron dengan apa yang ada di layar itu ya gimana ceritanya? Akar rumput ini memang sudah gitu ya", jawabnya dengan sedikit kesal
"Bukan itu juga sih pak...saya mau bahas soal isinya, soal 5 pokok reorientasi pembangunan itu pak", tanyaku memperjelas
"Sini kamu lihat kuda saya, Badannya besar, kokoh, ditopang 4 kaki dengan otot yang kuat, kepala yang sehat, dan buntut yang indah. Dan perlu 1 joki untuk naik diatasnya mengarahkan kemana kuda besar ini berjalan. Demikian negara atau sebuah badan yang besar. ia harus ditopang oleh pangan yang baik, air yang baik, energi yang cukup, dengan birokrasi yang kuat dan angkatan perang sebagai penjaga martabat, ditambah 1 pemimpin sebagai jokinya", pak Prabowo mencoba melogikakan isi pidatonya.
"Betul pak, betul sekali kalau demikian. Tapi memang ada yang salah dengan joki yang sekarang? atau kudanya yang kurang gagah?", akupun mencoba pendekatan yang sama agar rada "nyambung"
"Jokowi itu saya yang dukung, saya dan adik saya yang modalin dia. Saya percaya dia sudah bekerja baik, itupun saya singgung dalam pidato kemarin. Tapi ada beberapa yang diluar dari seharusnya. Banyak timpang sana sini, kurang sana sini...Saudara dengan lah kan pemaparan saya di Pidato Kebangsaan dan Debat Presiden kemarin", Prabowo menambahkan dengan sederhana.
"Hm...tapi kan beberapa stament Bapak justru mentah. Bukan saja mentah di debat, tapi mentah di masyarakat, langsung dicounter", saya jawab singkat
"Maksud Saudara HOAX? Ah, saya tidak mau bahas soal itu. Sakit", jawabnya singkat sambil terlihat mimik kesal diwajahnya saat itu.

https://nasional.kompas.com/read/2018/10/24/08434211/kerugian-prabowo-sandiaga-akibat-kasus-hoaks-ratna-sarumpaet
https://nasional.kompas.com/read/2018/10/24/08434211/kerugian-prabowo-sandiaga-akibat-kasus-hoaks-ratna-sarumpaet

Keheningan sempat terjadi, hanya kudanya saja yang terlihat agak gusar akibat petir yang beberapa kali menyambar.

"Saudara mendukung program Indonesia Menang saya? Saudara percaya strategi Dorongan Besar saya untuk mencapai Indonesia Menang?", tiba-tiba pak Prabowo memecah keheningan.
"Kalau dari pemaparan bapak, saya dukung dan setuju. Hanya saja contoh-contoh dan pengkondisian bapak soal Indonesia yang saya tidak setuju", sahutku
"Contoh bisa banyak, saya dan tim saya bisa cari. Memang kamu bukan pemilih saya?", timpalnya
"Untuk saat ini belum Pak. Saya melihat bapak sebagai figur Star Maker. Penglihatan dan Pendalaman Bapak atas seseorang sangat baik. Semua jago bapak pasti menang, pasti baik dalam bekerja mewujudkan visi misinya. Tapi untuk Bapak sendiri...saya pikir bapak selalu dimanfaatkan orang-orang sekeliling Bapak deh", aku coba turunkan volume suaraku agar tidak menyinggung
"Ya...ini politik. Ada harga yang harus dibayarkan. Tapi saya juga perlu orang-orang dibelakang saya yang masih mau mensupport saya", jawabnya lagi.
"Hm...gitu ya" pikirku dalam hati

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun