Senang sekali ketika beberapa waktu lalu, di Kalijodo - lokasi kontroversi yang dekat sekali dengan tempat tinggal kami akan diberi "pajangan" baru, yakni beberapa segmen Tembok Berlin yang asli.
Pikiran saya langsung dibuat melayang ke tahun 2004, pertama kalinya saya menginjakkan kaki di Berlin, ibukota Jerman untuk melanjutkan studi saya.
====
Berlin, ibukota Jerman setelah sebelumnya di kota Bonn, memiliki penduduk 3,5 juta jiwa. Berlin sebagai ibukota, tidak jauh berbeda kekompleks-an aktifitas warganya layaknya Jakarta - ibukota Republik Indonesia. Aktifitas warganya saat mulai jam kerja, jam istirahat kerja, dan pulang kerja, memiliki keunikan sendiri, berbeda dengan kota-kota lain baik di dalam negerinya, maupun di negara lain. Jika di kota lain sebagian besar warganya sibuk memanaskan kendaraan untuk pergi ke tempat aktifitas, di Berlin warganya sibuk memeriksa jadwal transportasi umum lewat website, ataupun aplikasi henponnya karena kebanyakan warga Berlin menggnakan moda transportasi umum untuk memeriksa jadwal-jadwal tadi sangat update, dan berpengaruh ke tepat tidaknya warga tadi akan sampai di lokasi tujuan....selain tentunya di tengah perjalanan, mereka akan memenuhi cafe-cafe dan toko roti saat menuju halte bis, atau U-Bahn dan S-Bahn terdekat untuk sarapan.
Kembali ke Tembok Berlin...
Hari ke 4 saya menginjakkan kaki di Berlin, saya diajak kawan-kawan yang sudah lebih lama di Berlin untuk City Tour, yang salah satunya adalah mengunjungi lokasi sisa tembok Berlin yang dijadikan Outdoor Musem sepanjang 1 km. Persis diseberang OstBahnhof, Stasiun kereta Utama wilayah Timur kota Berlin.
Tembok yang memisahkan Jerman menjadi 2 bagian (Barat dan Timur) itu sedianya sepanjang 160km, dan berdiri tegak sejak tahun
1961, sebelum dirubuhkan kembali tahun 1989, seiring dengan bersatunya kembali Jerman menjadi Negara Republik Federal.
Tembok yang menjadi simbol "kesedihan" rakyat Jerman ini, dicoret-coret dengan grafiti yang melambangkan kesedihan, perlawanan dan kekangenan rakyat Jerman terhadap sanak keluarganya yang terpisah, serta keinginan mereka untuk kembali bersatu, jauh dr "penjajahan" pihak asing atas tanah mereka sejak keruntuhan NAZI saat itu. Bisa dilihat dari sisa2 tembok Berlin di dekat Postdamer Platz-Sony Center, di dekat Brandenburger Tor yang menjadi lokasi penempatan tembok Berlin selain museum outdoor tadi.
Lalu kenapa ada Tembok Berlin di Jakarta ?
Saya pun sejujurnya tekaget-kaget ketika melihat release berita soal sumbangan 4 segmen tembok Berlin dari salah satu seniman Teguh Ostenrik kita seharga Milyaran rupiah tadi. Ternyata beliau menyimpan bongkahan tembok tadi selama ini.Â
Tidak heran memang kalau melihat harganya, bongkahan tembok secuil sebesar setangah kelingking orang dewasa saja, yang sudah menjadi souvenir gantungan kunci, pembatas buku, pajangan meja, dll, dijual seharga 1-4 EUR di sentra-sentra oleh-oleh seperti di Checkpoint Charlie (tempat dimana kita juga bisa mencap
Paspor kita, layaknya warga Berlin saat masih terpisah jika ingin masuk ke wilayah Jerman Barat atau sebaliknya), atau toko-toko penjual souvenir lainya didalm kota Berlin.
Menurut seniman dan arsiteknya sendiri, Instalasi seni Tembok dan Plat baja ini diberi judul "Menembus Batas", dimana korelasinya adalah di RPTRA #Kaljodo ini, semua orang dari segala status berkumpul jadi 1, tidak ada ruang atau apapun yang membatasi karena tujuannya satu, sama layaknya tembok ini ketika dirubuhkan, semua golongan menginginkan 1 hal yang sama, yakni kebebasan Jerman. Lepas dari segala bentuk perbedaan, melupakan semua perselisihan, kembali bersatu padu membangun Jerman yang sudah kalah perang saat itu. Kondisi yang sepertinya tidak jauh berbeda di negara kita - Indonesia, terutama Jakarta ahir-akhir ini.
Kini, lengkaplah sudah, taman Kalijodo yang sarat dengan fasilitas olahraga standar internasional, fasilitas bermain anak, fasilitas kegiatan sosial, fasilitas kegiatan Kreatifitas, dan yang terbaru adalah fasilitas
masjid (klik saja, nanti anda akan diteruskan ke artikel mengenai masjid
kalijodo, ok?!) berkapasitas besar disuguhkan oleh pemerintahan daerah DKI Jakarta untuk masyarakat Indonesia.
Saya dan keluarga, senang sekali memang mengunjungi Kalijodo setelah dijadikan RPTRA, sangat bertentangan ketika jaman "kelam" Kalijodo, dimana kami melintasi wilayah ini saja sudah bikin males, terlebih malam liburan yang bikin macet dan terkesan seram.
Hampir setiap 2 minggu sekali kami sekeluarga melepas waktu pagi kami di hari sabtu atau minggu untuk bersepeda, lari kecil, sekaligus menikmati kuliner yang tersaji rapi di lapak khusus yang disediakan, atau jika tidak terlalu padat jadwal, kami teruskan untuk naik Bis Tingkat Wisata gratis menuju ke arah Kota Tua lalu lanjut ke beberapa lokasi wisata lainnya dengan berpindah Bis Tingkat yang juga gratis.
Tembok ini sendiri posisinya berada di sayap kiri RPTRA. Jadi ketika kita baru turun dari atas tangga gerbang masuk Kalijodo, tembok ini langsung bisa terlihat, tepat berada di depan lokasi tembok Grafitty yang disediakan untuk warga yang ingin berkontribusi bagi taman dalam bentuk corat coret gambar atau tulisan.
img-0276a-jpg-59d9b2737a70f142b04917e3.jpg
Selain tembok yang diposisikan agak renggang/ bercelah (aslinya, tembok ini berdiri rapat tanpa celah), juga dipasang instalasi baja berbentuk stilasi manusia, yang melambangkan orang-orang yang sedang menuju tembok dari arah belakang, berusaha melewati tembok ke arah depan dengan bebagai cara, ada yang memanjat, menerobos melalui celah, bahkan terjatuh, hingga akhirnya berhasil melewati (menembus) tembok lalu berlari. Dibeberapa plat baja berbentuk manusia tadi, tertulis pahatan-pahatan tulisan mengenai arti tembok berlin, dan juga kalimat-kalimat penyemangat, pemersatu, dan pendorong untuk melepas segala perbedaaan, bersatu dalam kemajuan, dsb.
img-0278a-jpg-59d9b3d143322f6101250d12.jpg
Warga yang datang ke RPTRA pun sangat antusias melihat dan berfoto  dengan tembok "import" ini, namun lebih senang lagi kami, karena  sebagian keluarga saya, yang belum pernah menginjakan kaki ke Jerman,  bisa ikut punya foto "bersama" tembok Berlin...
img-0287-jpg-59d9a29379c3b12c3047bff2.jpg
Oya, doakan kami sekeluarga bisa ke Jerman bareng-bareng yah (mungkin 5-10 tahun lagi juga gak apa-apa) :)
Terima Kasih pak #Djarot
 Â
Terima kasih koh #Ahok #BTP #BasukiTjahayaPurnama
 Â
Terima Kasih #Jokowi#JokoWidodo
 Â
#JakartaKeren terwujud dengan cepat
 Â
Semoga pemerintahan berikutnya tidak kalah hebat juga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Vox Pop Selengkapnya