Namun, kepemimpinan Arafat tidak lepas dari kontroversi. Banyak pihak yang mengkritik metode kekerasan yang digunakan oleh PLO, termasuk serangan teroris yang dilancarkan oleh faksi-faksi radikal dalam PLO. Arafat juga sering dianggap terlalu otoriter dalam memimpin PLO, dan ada perpecahan internal dalam organisasi tersebut.
Perjanjian Oslo dan Hadiah Nobel Perdamaian
Pada awal 1990-an, Arafat mulai mengubah pendekatannya. Setelah bertahun-tahun menggunakan perjuangan bersenjata sebagai strategi utama, ia mulai mencari jalan damai untuk menyelesaikan konflik dengan Israel. Pada tahun 1993, Arafat menandatangani Perjanjian Oslo dengan Perdana Menteri Israel, Yitzhak Rabin, yang membuka jalan bagi pembentukan Otoritas Palestina dan pengakuan internasional terhadap hak-hak Palestina.
Perjanjian Oslo menjadi momen penting dalam perjalanan politik Arafat, di mana ia bersama Rabin dan Shimon Peres dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 1994. Meski begitu, kesepakatan tersebut juga menimbulkan protes dari kalangan Palestina yang merasa bahwa Arafat telah mengkhianati perjuangan mereka dengan mengakui eksistensi Israel tanpa memperoleh konsesi yang berarti.
Masa Akhir Kehidupan dan Warisan
Pada tahun-tahun terakhir hidupnya, Yasser Arafat menghadapi tekanan yang semakin besar, baik dari pihak Israel maupun dari dalam Palestina sendiri. Intifada Kedua yang meletus pada tahun 2000 menandai kembali terjadinya kekerasan antara Palestina dan Israel, dan Arafat dianggap oleh Israel sebagai penghalang utama dalam proses perdamaian.
Pada Oktober 2004, kesehatan Arafat memburuk dan ia diterbangkan ke Paris untuk mendapatkan perawatan medis. Setelah beberapa minggu dirawat, Arafat meninggal dunia pada 11 November 2004, dalam usia 75 tahun. Penyebab kematiannya masih menjadi misteri, dengan beberapa pihak menduga ia diracun.
Warisan Penuh Kontroversi
Yasser Arafat meninggalkan warisan yang kompleks dan penuh kontroversi. Bagi banyak orang Palestina, ia adalah pahlawan yang tak kenal lelah dalam memperjuangkan hak-hak mereka. Bagi yang lain, ia adalah simbol dari perjuangan yang gagal untuk mencapai tujuan akhirnya. Meskipun demikian, Arafat akan selalu dikenang sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah modern Palestina, seorang pemimpin yang mengabdikan seluruh hidupnya untuk memperjuangkan kemerdekaan bagi bangsanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H