"Dari Armada Pertama hingga Era Digital: Sejarah dan Perkembangan Taksi Blue Bird"
Sejarah Awal: Mimpi yang Menjadi Kenyataan
Taksi Blue Bird, ikon transportasi Indonesia, berawal dari mimpi sederhana seorang wanita bernama Mutiara Siti Fatimah Djokosoetono. Pada tahun 1972, bersama suaminya, Prof. Dr. Djokosoetono, dan kedua anaknya, Chandra dan Purnomo Prawiro, Mutiara mendirikan perusahaan taksi dengan hanya berbekal dua kendaraan bekas. Dalam semangat gigih untuk memberikan layanan transportasi yang aman, nyaman, dan dapat diandalkan, Blue Bird lahir di Jakarta.
Pertumbuhan Pesat di Era 80-an dan 90-an
Dengan fokus pada kualitas pelayanan, Blue Bird mulai menarik perhatian masyarakat Jakarta. Pada era 80-an, armada Blue Bird berkembang pesat. Inovasi seperti penggunaan argo meter yang akurat dan seragam bagi para pengemudi membantu membedakan Blue Bird dari para pesaing. Kepercayaan konsumen meningkat, menjadikan Blue Bird sebagai pilihan utama transportasi.
Teknologi dan Inovasi: Mengikuti Zaman
Memasuki era 2000-an, Blue Bird terus berinovasi dengan memanfaatkan teknologi. Tahun 2011 menandai peluncuran aplikasi mobile Blue Bird, memungkinkan pelanggan memesan taksi dengan mudah melalui ponsel pintar. Langkah ini menjadikan Blue Bird sebagai pelopor dalam mengintegrasikan teknologi digital dengan layanan taksi di Indonesia.
Tantangan dan Transformasi di Era Modern
Dalam menghadapi persaingan dari layanan transportasi berbasis aplikasi seperti Go-Jek dan Grab, Blue Bird tidak tinggal diam. Mereka memperluas layanan dengan menawarkan berbagai jenis transportasi seperti Silver Bird untuk kelas eksekutif dan Big Bird untuk layanan bus. Pada tahun 2017, Blue Bird berkolaborasi dengan layanan ride-hailing internasional, merespons perubahan tren pasar dan kebutuhan konsumen yang semakin dinamis.
Blue Bird di Era Ramah Lingkungan