Mohon tunggu...
Rully Anjar
Rully Anjar Mohon Tunggu... profesional -

Pendidikan Luar Biasa (PLB) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo Aku bisa, kamu bisa, semua bisa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Di Sinilah Awal Perjalanan Kami

13 Agustus 2012   03:26 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:52 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Setahun sudah perjalanan kami untuk show off di masyarakat umum. Teringat tahun lalu saat aku bersama Gerkatin Solo mengadakan acara Sosialisasi dan Belajar Bahasa Isyarat di Solo. Pada saat itu aku belum bisa berbahasa isyarat dengan baik, bahkan mengeja huruf dalam bahasa isyarat pun masih sedikit belepotan..hehe

Diriku sendiri yang akan aku jadikan tolak ukurnya. Begini, aku yang secara tak resmi “menggabungkan diri” lebih tepatnya diajak karena tak ada yang lain (mungkin) bersama Gerkatin Solo saja masih terasa asing dengan bahasa isyarat yang gerak sana sini entah apa artinya. Apalagi masyarakat umum yang benar-benar masih asing dengan dunia deaf. Di pikiran mereka deaf adalah seorang yang tak bisa apa-apa dan hanya bisa menggantungkan kehidupannya pada orang lain.

Yaaa tidak apa-apalah kami memakluminya karena suatu hal yang baru bagi masyaratkat mengenai deaf. Nah maka dari itu Gerkatin Solo memilih tempat sosialisasi bahasa isyarat di tempat yang menjadi pusat kegiatan warga, dilakukan di hari libur, dan memiliki jangkauan yang luas. Akhirnya diputuskanlah memilih tempat di Car Free Day (CFD) yang diadakan setiap hari Minggu di jalan Slamet Riyadi yang merupakan jalan protokol di kota Solo.

Rapat-rapat persiapan digelar dengan harapan banyaknya pengunjung yang datang dan tertarik untuk mengunjungi stand kami. Berbagai hiburan disiapkan, brosur-brosur bahasa isyarat dicetak dalam jumlah yang banyak serta tak lupa hadiah bagi pengunjung yang sudah belajar bahasa isyarat di sana. Saat rapat kami hanya bisa membayangkan kegiatannya akan seperti apa, karena ini adalah pertama kalinya mengadakan acara belajar bahasa isyarat di tempat umum di Solo, di Jawa Tengah, dan mungkin di Indonesia. Kami semua benar-benar belum bisa membayangkan seperti apa besok acaranya.

Oh ya ditambah lagi teman-teman deaf baru kali pertama ini mengadakan acara besar, jadi benar-benar mengandalkan doa. Sehari sebelum acara kami sangat gugup seperti dokter sunat yang melibaskan guntingnya di balik sarung kaum lelaki. Dan hari-hari yang ditunggu tiba…..

Jam 05.30 kami mulai datang di lokasi untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Mengenakan kaos warna hitam yang tandanya kami adalah panitia. Merapat sejenak sebelum acara untuk briefing dan berdoa. Yaaaap tepat jam 6.15 stand kami resmi dibuka untuk menerima pengunjung yang ingin belajar bahasa isyarat.

Dibantu oleh MC dadakan (karena baru pertama kali ngeMC) berkoar-koar di depan sound yang sengaja kami siapkan untuk menarik pengunjung. Orang lewat, mondar-mandir banyak yang nengok, tapi enggan datang ke stand. Haduh apa ada yang salah dengan stand kami? Aku lihat-lihat stand kami meriah dan menarik. Oh selang beberapa lama aku baru menyadari, kalau masyarakat baru kali pertama melihat ada banyak deaf yang menggerak-gerakkan tangannya layaknya di film Naruto yang akan mengeluarkan jurusnya. Mungkin inilah yang membuat masyarakat takut kalau tiba-tiba jurusnya mengenai mereka *ngayaaal*.

Akhirnya ada yang datang satu orang, duduk manis dipandu oleh seorang deaf dan satu orang penerjemah. Orang yang lalu lalang berhenti memperhatikan pengunjung yang sedang belajar bahasa isyarat. Setelah pengunjung ini terlihat gembira karena bisa mengisyaratkan apa yang diinginkan membuat orang yang tadinya hanya melihat sekarang ingin mencoba. Yaaaap mulai dari sinilah kami mulai disibukkan oleh banyaknya orang yang ingin belajar :D

Akhirnya terjadilah antrian panjang, sungguh di luar dugaan kami semua, luar biasa. Pengunjung yang belajar sangat betah berlama-lama di stand kami karena tanya-tanya semua hal yang ingin dieksplornya. Setelah panitia berdiskusi kecil-kecilan, diputuskan untuk membatasi waktu belajar kira-kira 5-7 menit agar dapat mengurai antrian. Setelah diubah ternyata antrian masih saja terjadi yang itu artinya semakin banyak orang yang ingin belajar bahasa isyarat di stand kami.

Tadinya teman-teman deaf takut bertemu dengan orang dengar karena khawatir dengan komunikasi yang akan sulit. Deaf pun malu untuk bertemu dan mengajak berbicara dengan orang dengar. Hal ini wajar, karena sebagian besar mereka menghabiskan waktu bersama dengan teman-teman sesama deaf. Mereka merasa nyaman jika ada yang memahami. Karena masyarakat belum bisa memberi rasa “nyaman” bagi deaf, sehingga terasa sulit untuk memulai obrolan. Jadi peran relawan sekaligus penerjemah di sini sangat penting untuk menghubungkan komunikasi antara pengunjung dengan deaf. Obrolan-obrolan ringan terjadi saat pengunjung belajar di stand kami. Sangat mengasyikkan.

Pengunjung yang telah selesai belajar bahasa isyarat kami tanya komentarnya bagaimana mengenai bahasa isyarat. Ada yang bilang “bahasa isyarat itu syik banget ya, pengen deh belajar lagi”. Ada juga yang komentar “tanganku masih kaku untuk menggerakkan bahasa isyarat, sulit juga ya”. Komentar tiap orang memang beda-beda tapi aku melihat di wajah mereka bahwa mereka sangat senang bisa belajar bahasa isyarat meski singkat.

Inilah sepenggal cerita singkat awal mula perjuangan kami mensosialisasikan bahasa isyarat ke masyarakat. Tapi menurut pendapatku ini merupakan bentuk edukasi ke masyarakat bahwa “deaf ada di tengah-tengah masyarakat yang tak bisa dikesampingkan hak-haknya, tapi tak butuh dikasihani”. Inilah awal mula deaf MENEMBUS BATAS. Jangan terpaku pada KETERBATASAN yang kamu miliki, di balik keterbatasan itu terdapat jutaan POTENSI yang bisa digali dan dikembangkan.

keTERBATASan tak membuat kita menjadi TERBATAS. Mari bersama-sama MENEMBUS BATAS yang tak terlihat itu. Deaf Semangat dan teruslah menginspirasi.

dari blog pribadi:
rullyanjar.blogspot.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun