Perlu kita ketahui bahwasanya Palestina merupakan sebuah negara yang secara de jure telah merdeka dan berdaulat di kawasan Timur Tengah. Sejarah negara ini sangat kompleks dan berkaitan erat dengan konflik Israel-Palestina sehingga pada 1947 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengeluarkan resolusi yang membagi wilayah Palestina menjadi dua negara terpisah, yaitu negara Arab dan Yahudi. Tetapi pemimpin Arab-Palestina menolak resolusi tersebut, sehingga setelah pendirian negara Israel pada 1948, terjadi perang antara masyarakat Muslim dan Yahudi di Palestina dan Israel berhasil mengalahkan pasukan Arab dan menguasai wilayah yang lebih luas lagi termasuk Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Yerusalem Timur.
Bagaimana kondisi perekonomian Palestina sebelum terjadinya perang Palestina Israel? Sudah tidak asing lagi pemberitaan tentang perang antara palestina israel yang terus berkelanjutan dan semakain memanas. Perang yang terjadi sejak pembentuknn negara israel pada tahun 1948 dan pengeklaiman wilayah yang saling berselisih antar kedua pihak terkait tanah yang dihuni orang-orang palestina.
Konflik yang terjadi antara Plestina dan Israel sudah menjadi awal pertikaian yang sangat kompleks dan kontrovesial selama beberapa tahun terakhir, konflik militer dan politik yang sudah berlangsung selama berabad-aband ini banyak melibatkan berbagai peristiwa sejarah. Konflik antar kedua pihak ini banyak membrikan dampak negatif terutama pada Plestina yang sangat terdampak, salah satu sektor yang sangat terdampak dan sangat jelas terkena imbasnya yaitu dalam sektor perekonomianya.
Sebelum adanya perang antara Palestina dan Israel perekonomian negara palestina memiliki agraris yang berkembang dengan persenan 7,2% setiap tahunya selama 1940-an. Palestina memiliki potensi ekonomi yang cukup besar diantaranya dalam sektor pertanian, palestina memiliki tanah yang subur dan cocok untuk pertanian, mereka menghasilkan produk pertanian seperti zaitun, jeruk, anggur, dan sayuran. Pertanian ini merupakan salah satu sektor utama dalam perekonomian negara ini.
Hal lain yang mendukung perekonomian Palestina yaitu industri Manufaktur meski relatif kecil sektor ini memiliki potensi yang segnifikan, pariwisata warisan budaya dan sejarah juga menjadi sumber bagi negara ini, situs- situs yang bersejarah dan religius ini menjjadi daya tarik bagi wisatawan asing maupun lokal, hal ini juga di dukung dengan populasi negara Plestina yang relatif muda dan terdidik. Banyak penduduk Palestina yang memiliki keterampilan dan potensi untuk berkontribusi dalam perekonomian. Juga ekonomi palestina didukung dengan tingkat kemiskinan yang cukup rendah yaitu dengan 47% populasi Palestina berkeluarga ke bawah kelompok kemiskinan pada tahun 1960.
Tetapi kondisi perekonomian negara Palestina sudah tidak sebaik dulu lagi, sebagai negara yang terus dilanda konflik berkepanjangan perekonomian negara ini semakain menurun dan tak stabil sehingga negara ini banyak mengandalkan bantuan internasional, selain karena perang perekonomian Palestina makin diperburuk karena adanya pandemi viros Covid-19. Mengutip laporan dari Bank Dunia pada Kamis (13/5/2021) pandemi Covid-19 membuat ekonomi Palestina sangat terpukul. Tahun 2019 saja sebelum pandemi mulai merebak secra gelobal, pertumbuhan di negara iini hanya 1 persen.
Dampak perang Gaza pada tahun 2023 diperkirakan akan meningkatkan tingkat kemskinan antara 20% dan 40%, tergantung pada kondisi sosial-ekonomi dan durasi perang. Pertumbuhan ekonomi palestina diproyeksikan akan terus melemah pada tahun 2023 dan tahun-tahun yang mendatang dengan pertumbuhan PDB nominal, tingkat kemiskinan diperkirakan mencapai 61% pada tahun 2020 hal ini menunjukan bahwa kondisi ekonomi Palestina pada tahun 2022 dan 2023 sangat sulit.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H