Tersentak dari tidurku semalaman.
Aku terduduk menyebut nama-Mu
Wajahnya hadir dalam mimpiku.
Bukan hanya wajah yang mengilas kabut.
Lalu hilang meninggalkan tanya.
Dia datang dengan semua kebrutalan hasrat.
Tertawa lepas penuh kepuasan.
Aku malu pada-Mu
mengapa dia mengisi penuh
hipotasamusku.
Sesungguhnya aku pun tak mengundang
datang serupa udara gunung.
Dingin pekat wangi daun-daun hutan.
Aku malu pada-Mu
seluruh aroma tubuhnya
melekat pada bantal
pada tiap cela kasur
pada tiap tarikan udaraÂ
oleh hidungku.
menjadi tarian-tarian syahduÂ
dalam angan-anganku
walau tiap kali ku mengusirnya
dengan rayu merdu
dengan tangis tipu
segala yang ada di benakku
Aku malu pada-Mu.
Aku tak pernah mengundang.
daya upayaku mengusirnya pergi.
Namun, di akhir perdebatan.
Aku memintanya kembali.